Pentingnya Peran Aktif Keluarga untuk Bebaskan Jawa Barat Dari Aksi Asusila (Bagian II)

Saat ini pemanfaatan internet telah mengubah pola hidup dan budaya masyarakat dalam bekerja, berkomunikasi, belajar dan seluruh aspek kehidupan. Menurut survei yang dilakukan oleh GFK Asia bekerjasama dengan Indonesian Digital Association (IDA) dan Baidu di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya pada bulan Oktober – November 2015 lalu didapatkan hasil bahwa waktu yang dihabiskan oleh pengguna smartphone di Indonesia untuk mengakses internet dan membuka sekitar 46 buah situs / aplikasi dalam satu hari adalah kurang lebih 5,5 jam.

Membayangkan internet adalah ibarat sebuah pedang bermata dua, disatu sisi bermanfaat jika digunakan dengan baik sedangkan disisi lainnya akan berbahaya jika internet digunakan secara tidak baik yang akan berdampak buruk bagi pengguna dan masyarakat sekitarnya. Dampak buruk tersebut berupa perjudian, penipuan, pencemaran nama baik, berita bohong, cyberbullying, peretasan situs-situs yang ada di dalam dan luar negeri oleh orang yang tidak bertanggung jawab, dan juga pemuatan konten pornografi. Pada tahun 2014 dilakukan survei cyber crime dan didapatkan data sebanyak 9% pengguna internet pernah mendapatkan konten kekerasan, radikalisme hingga terorisme. Sedangkan 64% pengguna internet pernah mendapat konten pornografi.

Mudahnya mengakses konten pornografi yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi informasi membuat banyak warga banyak meniru serta melakukan aksi pencabulan bahkan pemerkosaan, oleh karena itu menurut Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat Netty Prasetiyani Heryawan “Harus dilakukan pembatasan terutama informasi yang vulgar dan memancing hasrat seksual terutama  bagi remaja”.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) didampingi Ketua P2TP2A Provinsi Jawa Barat, telah melaksanakan sosialisasi penerapan “Internet Sehat” pada tahun 2015 lalu. Dimana melalui sosialisasi ini Aher mengajak masyarakat untuk menerapkan internet sehat dengan 5P, yaitu :

1. Pastikan komputer disimpan di ruangan yang terlihat oleh semua.

Orang tua dapat mengawasi dan mendampingi anak-anak mereka ketika menggunakan internet sehingga anak tidak akan berani untuk membuka tautan atau situs yang memuat konten pornografi.

2. Pergunakan penapis (filter) anti porno dan konten berbahaya.

Saat ini hampir sebagian besar penyedia jasa internet di Indonesia sudah melakukan DNS filtering untuk situs-situs porno. Namun karena setiap hari ribuan situs baru hadir di internet maka Anda perlu melakukan beberapa tindakan tambahan seperti misalnya melakukan instalasi aplikasi internet security yang mendukung pemblokiran situs porno.

Selain itu, orang tua dapat menjadi “teman” di jejaring sosial anak sehingga orang tua dapat bergabung dan berkomunikasi dengan anak-anak untuk menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak di dunia maya. Silahkan buka tautan berikut https://www.google.com/safetycenter/families/start/ untuk informasi lebih lanjut mengenai internet aman untuk keluarga.

3. Periksa berkala gawai anak Anda.

Saat  ini hampir setiap anak memiliki smartphone, oleh karena itu penapis anti porno juga perlu Anda pergunakan di smartphone anak Anda. Contohnya pada aplikasi youtube Anda dapat mengaktifkan fitur safefy mode sehingga video-video yang tidak pantas tidak akan ditampilkan

4. Pelajari rating konten di Internet.

Sebagai orang tua kita berkewajiban untuk mengetahui situs mana yang memang bersahabat bagi anak dan mana yang tidak bersahabat. Jangan sampai anak lebih tahu daripada orang tua sehingga orang tua dapat dibohongi oleh anak.

5. Perkuat iman dan kasih sayang di keluarga.

Minimal 20 menit dalam satu hari orang tua diharapkan untuk mendampingi anak untuk belajar ilmu pendidikan sekolah dan keagamaan sehingga hadir keakraban dan komunikasi antara anggota keluarga. Jangan sampai fisik anak ada di keluarga tapi ketika mencurahkan isi hatinya kepada orang lain atau kepada sosial media.

Menurut Aher dengan internet sehat diharapkan perkembangan kedewasaan psikis anak berjalan optimal, sebanding dengan kedewasaan biologisnya. Jangan sampai kedewasaan biologis lebih tinggi daripada kedewasaan psikis anak, bisa berbahaya. Karena mereka belum memiliki keterampilan berpikir dan aturan moral untuk melindungi diri sendiri dari masalah dan mereka amat mudah dibujuk oleh remaja yang lebih tua. Oleh karena itulah peran orang tua dalam mengawasi konten internet yang dapat diakses oleh anak sangatlah penting, janganlah mengorbankan masa depan anak hanya karena kita sebagai orang tua tidak mengerti internet atau karena kita terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri sehingga interaksi dan kontrol kita terhadap anak tidak kita laksanakan dengan baik.