Tahun Cukup Berat Namun Tetap Optimistis

Tak bisa dipungkiri, sudah beberapa tahun terakhir ini, bahwa pendapatan utama pajak daerah di Jawa Barat khususnya dan provinsi lainnya, ditopang oleh sektor pajak kendaraan bermotor (PKB) serta bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB).
Fakta itu tersorong jelas, misal pada data terakhir per triwulan I 2015. Yakni pemasukan dari PKB mencapai Rp1,711 triliun atau 31,84% dari target total 2015 sebesar Rp5,376 triliun.
Sementara BBNKB pada triwulan I meraih Rp1,581 triliun, sehingga gabungan keduanya sudah hampir Rp4 triliun hanya dalam tiga bulan saja!
Sisanya baru dari sektor semacam pajak bahan bakar kendaraan (PBBKB) sebesar RpRp761,5 juta, pajak air permukaan Rp21,23 juta.
Akan tetapi, sebagaimana kehidupan selalu naik-turun, hujan pun ada redanya, tampaknya tekanan terjadi tahun ini seiring dengan menurunnya penjualan kendaraan bermotor di Indonesia.
Pada 22 Juni lalu, Gabungan  Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman M. Rusdi mengungkapkan, penjualan mobil secara whole sale dari Januari sampai Mei 2015 mencapai 433.000 unit. Jumlah tersebut turun 16,6 persen dari tahun sebelumnya, sebanyak 531.000 unit.
Sementara penjualan mobil secara ritel periode yang sama juga turun 13,7 persen, dari 501.000 unit menjadi 432.000 unit.
Karenanya, Gaikindo bahkan merevisi target penjualan mobil pada triwulan I 2015 lalu dari 1,2 juta unit menjadi 1,1 juta unit. Situasi pelik dan sulit yang harus disikapi dengan dingin dan baik.
Situasi ini memang tak bisa dipungkiri, jika kita melihat tren nasional bahkan global yang mengalami perlambatan ekonomi. Khusus Indonesia, penurunan penjualan terjadi karena menurunnya daya beli masyarakat dan ekspor komoditi menurun. Jadi di beberapa daerah, ekonomi melambat, sehingga daya beli jadi menyusut banyak.
Maka itu, Dispenda Jabar sebagai salah satu penopang utama pendapatan bagi provinsi ini, juga takkan bisa mengelak dari situasi yang relatif sulit namun bukan berarti tidak menyisakan peluang.
Bahkan, dalam sejumlah kesempatan, Kepala Dispenda Jabar Dadang Suharto mengaku bahwa dampak situasi tersebut sudah dirasakan. Pun demikian, sekali lagi, target tahun ini tetap akan tercapai sekalipun tipis.
Itu pula sebabnya, koreksi di APBD Perubahan 2015 hanya akan menghitung ulang soal kendaraan baru, sehingga proyeksi pendapatan dari kendaraan lama tidak akan diubah.
“Yang jelas, pendapatan keseluruhan tidak ada masalah, kami masih punya 8 bulan untuk mencapai target 100%,” ujar Dadang, penuh optimistis.
Dalam kesempatan lain, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengungkapkan, transaksi pembelian kendaraan baru di wilayahnya besar kemungkinan turun akibat perekonomian lesu.
Secara kumulatif tahunan, penjualan biasanya 1,6 juta kendaraan bermotor per tahun, namun tahun ini akan turun jadi 1,3 juta kendaraan. Bagaimanapun, kondisi perekonomian yang lesu serta masih rendahnya realisasi anggaran pemerintah mempengaruhi daya beli masyarakat.
Menurut Deddy, penurunan transaksi pembelian kendaraan baru itu mempengaruhi target pendapatan daerah dari pajak kendaraan bermotor.
“Saya berharap kalau anggaran pemerintah sudah ngucur, masuk ke masyarakat, daya beli meningkat,” kata Naga Bonar, julukan tenar sang wakil gubernur.
Jadi, sesulit apapun, belajar dari nukilan kisah di atas, akan selalu ada terang setelah gelap. Sekiranya kita menjadi generasi optimistis, yakinlah bahwa penurunan penjualan kendaraan tetap bisa disambut senyuman di akhir selama kita bekerja keras dan cerdas! ***