Sisi Gelap Teknologi

Teknologi dibuat dan berkembang tujuannya hanya satu, agar hidup manusia lebih mudah. Penulis masih ingat quotes seorang guru fisika senior di sekolah menengah atas yang berkata bahwa fisika – sebagai salah satu ilmu pengetahuan core perkembangan teknologi – adalah ilmu (bagi orang) yang malas. Betapa tidak, menurut sang guru, alih- alih para ilmuwan ini bergerak mengambil barang dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi, dia memilih untuk menciptakan katrol, misalnya.

Itulah esensi dari teknologi. Untuk memudahkan. Mana yang terlebih dulu ada antara kesibukan (mobilitas) manusia dan teknologi ini, seperti layaknya perdebatan laten nan klasik akan kehadiran ayam dan telur di dunia. Apakah para ilmuwan ini sedemikian visionernya hingga hasil pemikiran mereka memudahkan mobilitas manusia di masa depan, atau teknologi lah yang membuat manusia menjadi memiliki mobilitas tinggi.

Terlepas dari itu semua, sisi lain dari hadirnya teknologi yang memudahkan manusia adalah adanya generation gap. Ini biasanya terjadi pada generasi yang jauh lebih senior dari kemunculan teknologi tersebut. Untuk generasi ini, kemunculan teknologi mutakhir malah membingungkan dan tak jarang menimbulkan stress baru. Untuk generasi ini, semakin canggih teknologi semakin banyak waktu yang terbuang untuk mempelajari dan beradaptasi dengannya.

Seperti pada perkembangan teknologi di mobil. Perkembangan jaman memang membawa mobil menjadi memiliki beberapa fitur lebih canggih. Teknologi khususnya pada bagian entertainment dan kelistrikan mobil sekarang lebih lengkap serta pastinya lebih rumit jika dibandingkan dengan jaman dulu. Hal ini pun rupanya berhasil membuat beberapa orang bingung.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Consumer Reports, para pemilik mobil keluaran tahun 2011, 2012 dan 2013 kebanyakan merasa stress dengan mobilnya. Sekitar 60 persen dari mereka mengatakan bahwa mereka bingung untuk mengoperasikan sistem hiburan dan sepertiga dari mereka mendapat gangguan pada layar-sentuh yang dikatakan kurang responsif ataupun voice control yang tidak berfungsi.

Permasalahan tersebut kebanyakan terjadi pada para pembeli berusia lanjut, dengan 70 persen pengemudi berusia lebih dari 65 tahun yang merasa kesulitan untuk mengoperasikan sistem. Rentang usia lain juga rupanya tidak jauh berbeda. 52 persen pemilik berusia 45-64 dan 37 persen di rentang usia 18-44 tahun juga mengaku mengalami kesulitan yang sama.

Lucunya, dealer juga rupanya memiliki permasalahan yang sama dengan para konsumennya. Para sales promotion girl/boy harus belajar untuk mengoperasikan sistem canggih yang ada di mobil baru kemudian mengajarkannya ke konsumen-konsumen. Beberapa dealer bahkan membuatkan video tutorial untuk para pelanggannya.

Pada teknologi informasi pun tak jauh berbeda. Sisi lain dari koin perkembangan teknologi ini adalah semakin banyak orang yang merasa stress. Akses informasi yang begitu banyak bertujuan untuk (juga) memudahkan hidup manusia. Akan tetapi jika terpaan informasi ini tidak terkontrol bahkan sampai overload, ini tentu menimbulkan masalah atau efek samping.

Jika anda membiarkan diri anda terpapar arus informasi yang sedemikan deras dan cepat, bahkan hingga overload, anda malah menenggelamkan diri ke stress yang lebih parah. Seorang Psikolog remaja dan keluarga, Roslina Verauli, seperti dikutip di cnnindonesia.com mengatakan ini terjadi karena pemikiran analitikal terus berjalan tanpa henti.

Kondisi inilah yang disebut busy mind. Informasi yang bisa dengan mudah didapatkan justru menjadikan manusia rentan menderita information-anxiety. Kondisi ini terjadi manakala semua informasi berjejalan di pikiran, mulai dari informasi yang diperlukan sampai informasi yang seharusnya tidak diperlukan dan tidak dipikirkan.

Efek utama dari busy mind ini bisa menjadikan hidup Anda sangat sibuk. Bahkan Anda tak bisa tidak melakukan apapun saat duduk. Hal ini bisa dilihat dari seringnya Anda mengecek semua akun media sosial yang dipunya ketika hanya punya sedikit saja waktu senggang.

Niat awal memakai gadget untuk mengisi waktu luang dengan membaca informasi dan memperluas wawasan, malah justru membuat Anda stres di jalan raya di tengah ada jeda ketika macet, misalnya. Bagaimana tidak, alih-alih senang lihat hal menarik, Anda justru stres, emosi atau takut ketika mendapati berita tentang hukuman mati, pejabat korupsi, dan masalah negara lainnya, emosi Anda akan muncul.

Terlalu banyak informasi tentang apapun yang bisa Anda peroleh dari gadget justru tidak membuat Anda menjadi lebih rileks, malah justru lebih stres. Hal ini disebabkan karena secara tidak sengaja Anda harus memikirkan apa yang seharusnya tidak Anda pikirkan.

Teknologi adalah buah karya dari kepintaran manusia. Kita yang menikmati dan memanfaatkannya tidak boleh kalah pintar dari alat-alat canggih berteknologi canggih itu. Mengenali apa yang dibutuhkan, membuka wawasan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, dan terutama memiliki pengendalian diri yang baik, adalah cara agar (semoga) dapat menjauhkan kita dari lubang yang ditimbulkan dari sisi gelap teknologi.