Beritakan dari Kecil!

Setelah sekian lama, Jawa Barat di bawah Gubernur Ahmad Heryawan dan Wakil Gubernur Deddy Mizwar, mengampanyekan program pendidikan gratis dari tingkat dasar hingga sekolah menengah atas.
Hal ini menjadi salah satu hal yang paling dikenang diantara sekian calon gubernur Jawa Barat pada putaran kampanye tahun 2013 lalu. Dan, janji tersebut sudah mulai direalisasikan di lapangan.
Demikian pula dengan sejumlah megaproyek strategis bagi masyarakat Jawa Barat terutama di kawasan utara. Misalnya Tol Dawuan mulai dari Sumedang hingga Bandara Kertajati di Majalengka.
Sejumlah kemudahan yang tersajikan, ini mengingatkan sejumlah fasilitas di Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ahok yang juga memberikan program sekolah gratis sampai jenjang SMU.
Demikian pula saat ke dokter gigi, warga Jakarta cukup bayar Rp3.000 di Puskesmas yang tampilan dan fasilitasnya sudah selevel rumah sakit kecil. Juga ketika belanja obat, masih banyak obat generik hara super miring!
Nah, seluruh kemudahan ini tentu saja perlu biaya. Tidak mungkin semua fasilitas ini datang kepada masyarakat ketika pemerintah tidak punya amunisi untuk mewujudkan itu semua.
Maka, salah satu amunisi itu adalah uang pajak. Atau bisa juga kita sebut uang yang dari kita untuk kembali kepada kita, yang pengelolaannya dilakukan oleh negara melalui pemerintah daerah.
Pertanyaannya kemudian, bagaimanakah cara negara mengedukasi warganya agar membayar pajak penuh sukacita? Mau berkontribusi dengan yakin bahwa pajak yang dibayarkan bermanfaat untuk banyak rakyat?
Salah satu yang mudah adalah adanya edukasi mulai dari kalangan pelajar. Sebagai generasi muda, mereka harus diberitakan berbagai benefit dari pajak yang akan mereka terima kembali.
Jika di sekolah dipasang spanduk guru dan biaya operasional dibayar oleh negara dari uang pajak para wajib pajak, maka benak mereka mencetak memori kuat soal kegotongroyongan nasional berbentuk pajak.
Atau, manakala ada kepala daerah melepas pelajar beasiswa pemda ke universitas terkemuka di Indonesia, sebarkan dan sampaikan bahwa rakyat lah yg membiayai beasiswa melalui mekanisme pembayaran pajak.
Demikian pula ketika dokter melayani pasiennya di puskesmas, ,maka dipasang pemberitahuan bahwa dokter digaji negara melalui kontribusi pembayaran pajak dari warga masyarkat yang mampu.
Jadi, lakukan edukasi ke segmen pelajar bahwa pajak adalah sarana berbagi dari yg mampu ke yang kurang mampu sekaligus alat mempererat rasa kebangsaan melalui kehadiran rasa sepahit sepenanggungan.
Semoga hal ini bisa menyadarkan mereka kelak ketika sudah menjadi warga negara yang berkecukupan. Sekaligus mereka tahu diri dan selalu ngeh tentang pentingnya sosialisasi terkait pajak ini.
Jika sudah kecil terbiasa, maka sudah besar takkan terpaksa. Namun  sebaliknya jika sejak kecil tidak diinformasikan dengan baik, maka bukannya bayar pajak, sudah besar hanya bisa nyinyir tanpa bisa berbuat nyata! **