Kenali Generasi Z dan Alfa

Anak-anak zaman sekarang sepertinya tidak dapat lepas dari yang namanya gawai. Bila kita lihat di lini masa media sosial hampir setiap kejadian yang mereka lihat, dengar, maupun mereka rasakan selalu mereka informasikan kepada publik melalui akun media sosial mereka. Bahkan saya pernah melihat salah satu meme mengenai kelakuan kids jaman now yang menjadikan kecelakaan kendaraan bermotor sebagai latar belakang untuk melakukan swafoto. Memang gawai saat ini sudah merupakan barang mewah, berbeda dengan awal tahun 2000 an dimana harga gawai masih mahal dan kemampuan gawai pun dulu hanya dapat digunakan untuk mengirimkan pesan singkat dan melakukan panggilan suara saja. Tidak seperti saat ini, dimana gawai memiliki banyak fitur yang dapat memanjakan penggunanya tentunya selain harganya yang semakin ramah dikantong.

Berdasarkan teori generasi dari Karl Mannheim, Generasi ini merupakan mereka yang lahir antara tahun 1994 atau 1995 sampai dengan 2011 atau 2012 atau dikenal dengan istilah Generasi Z. Generasi Z merupakan generasi yang lahir ketika internet sudah ada dan yang menikmati kemajuan teknologi setelah lahirnya internet. Sebagaimana dilansir dari beritagar, dikatakan bahwa perbedaan antara generasi milenial dan generasi Z adalah karena cara mendidik orang tua. Orang tua generasi milenial umumnya masih berasal dari generasi baby boomer yang lahir antara tahun 1946 sampai 1964. Mereka mendidik generasi milenial untuk bekerja sama, dengan mengatakan bahwa dua kepala lebih baik daripada satu kepala. Inilah yang membuat generasi milenial sangat mementingkan kebersamaan dan kerja sama. Akan tetapi, generasi Z, yang umumnya dilahirkan dan dididik oleh orang tua dari generasi X, berpikir sebaliknya; jika ingin mendapatkan hasil yang bagus, kerjakan sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka dididik oleh orang tua yang mengatakan dunia penuh dengan kompetisi.

Rata-rata generasi Z ini mengakses internet 3 hingga 5 jam per hari dan 90% diantaranya mengakses lewat gawai yang tidak pernah lepas dari tangan. Mereka sangat suka untuk mendengar musik pop Barat dan Indonesia dengan cara mendengarkan secara online, selain itu lebih suka menonton film yang diunduh melalui situs-situs penyedia film yang mudah ditemukan di dunia maya. Generasi Z juga lebih berpikiran terbuka dan global, tetapi lebih individual. Mereka dapat saja memilih untuk tidak menyelesaikan sekolah dan terjun ke dunia kerja, lalu kemudian melakukan sekolah secara online untuk memperoleh gelar. Karena mereka percaya gelar sarjana memang penting untuk menunjang karier mereka.

Setelah generasi Z, lalu generasi apa lagi yang akan muncul kemudian ? Seorang analis dari grup peneliti McCrindle bernama Mark MaCrindle mengungkapkan bahwa generasi berikutnya adalah generasi Alfa. Hal ini sesuai dengan penamaan yang sesuai abjad, setelah generasi Z maka akan lahir generasi Alfa. Generasi Alfa merupakan anak dari generasi milenial yang tahun kelahirannya dimulai dari tahun 2010. Generasi ini diprediksi akan berjumlah sekitar 2 miliar pada tahun 2025.

Generasi Alfa merupakan generasi yang terdidik karena orang tua mereka yang berasal dari generasi milenial hanya memiliki satu atau dua orang anak saja. Berbeda dengan generasi baby boomer yang kebanyakan memiliki anak lebih dari dua sehingga dirasakan kurang dalam proses mendidik anak. Selain itu, generasi Alfa merupakan generasi yang dekat dengan teknologi. Berbeda dengan orang tuanya yang hanya bersinggungan dengan nilai-nilai tradisional yang diturunkan dari orang tua mereka sang baby boomers dan generasi X, generasi alfa semenjak lahir telah berhubungan dengan teknologi semenjak mereka dilahirkan. Coba kita perhatikan bagaimana, anak-anak kita yang belum berusia lebih dari lima tahun mahir memainkan gawai yang diberikan. Bagaimana jari-jari kecil tersebut dengan lincahnya berselancar diatas layar gawai yang mereka pegang untuk mencari video musik di salah satu laman penyedia video musik ataupun bermain permainan yang dapat membuat mereka tahan berjam-jam di depan gawai.

Generasi Alfa, merupakan generasi yang mampu menghabiskan uang sebanyak 18 juta dolar per tahun hanya untuk membeli mainan, pakaian, dan barang-barang yang dapat memuaskan mereka. Sebagai orang tua, tentunya harus memiliki panduan untuk mendampingi dan mendidik mereka agar kelincahan mereka bermain gawai dan keakraban mereka dengan teknologi tidak membuat mereka keluar dari jalur.

 

sumber : dari berbagai sumber