Hati-hati Penyebaran Berita Hoax

Hoax atau pemberitaan palsu saat ini semakin banyak. Hoax biasanya sering kita lihat di media daring dan media sosial. Sebetulnya apa sih pengertian hoax itu? Diambil dari Wikipedia, Pemberitaan palsu adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu. Salah satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang/kejadian sejatinya. Suatu pemberitaan palsu berbeda dengan misalnya pertunjukan sulap; dalam pemberitaan palsu, pendengar/penonton tidak sadar sedang dibohongi, sedangkan pada suatu pertunjukan sulap, penonton justru mengharapkan supaya ditipu.

Hoax biasanya berisi beberapa informasi yang valid dicampur dengan informasi yang palsu. Informasi yang valid biasanya diletakkan di awal berita agar masyarakat yang membaca berita tersebut percaya dan yakin terhadap berita tersebut. Salah satu contoh hoax adalah informasi mengenai penderita stroke yang dapat selamat jika ketika serangan muncul, jari-jemari penderita tersebut ditusuk hingga mengucurkan darah. Menurut informasi tersebut dengan membiarkan darah mengucur, tekanan ke pembuluh darah di otak melemah. Bahaya stroke pun berkurang. Informasi ini dilengkapi keterangan bahwa itu adalah hasil riset sebuah lembaga “A”, kemudian pada informasi hoax tersebut mencantumkan nama “Dokter sifulan”, dan nomor telepon sehingga masyarakat yang membaca informasi tersebut yakin bahwa isi dari informasi tersebut adalah benar merupakan hasil riset. Saking maraknya penyebaran berita palsu atau hoax ini, membuat Facebook, Google, dan twitter melakukan pembenahan terhadap sistem mereka dalam rangka meredam peredaran berita palsu atau hoax ini.

Sebagaimana dilansir dari Techcrunch, tahun ini Facebook telah membuat dua versi untuk mengatasi clickbait (judul yang memancing orang untuk melakukan klik) dan akhirnya memutuskan untuk mempercayakan kepada deteksi mesin pembelajaran bukan hanya bergantung kepada tingkah laku pengguna. Sedangkan untuk Google, mesin pencari terbesar ini melakukan perubahan setelah fitur berita utama pada halaman hasil pencarian Google menampilkan situs ’70 News’ yang berisi berita hoax mengenai Donald Trump yang menang pada pemilu AS dengan margin hampir 700 ribu. Akibatnya tekanan pada Google untuk tak menampilkan berita bohong pun terus menguat dari publik. Selain itu, Google telah memutuskan untuk melarang menampilkan iklan (adsense) pada website yang menampilkan berita atau informasi yang tidak benar.

Saat ini penyebaran berita palsu atau hoax dinilai sudah sangat memprihatinkan. Oleh karena itu masyarakat haruslah lebih pintar dalam menyeleksi informasi sebelum menyebarkannya. Berikut adalah lima cara antisipasi berita palsu atau hoax di media sosial sebagaimana dilansir dari CNN indonesia.

1. Memeriksa ulang judul berita provokatif. Judul berita kerap dipakai sebagai jendela untuk mengintip keseluruhan tulisan. Namun tak jarang hal itu dimanfaatkan para penyebar berita palsu dengan mendistorsi judul yang provokatif meski sama sekali tak relevan dengan isi berita. Mafindo menyarankan pembaca untuk mengecek sumber berita lain agar informasi yang diterima bukan hasil rekayasa.

2. Meneliti alamat situs web. Dewan Pers memiliki data lengkap semua institusi pers resmi di Indonesia. Data yang terhimpun itu bisa digunakan oleh pembaca sebagai referensi apakah sumber berita yang dibaca telah memenuhi kaidah jurnalistik sesuai aturan Dewan Pers. Cukup mengetik nama situs berita di kolom data pers, pembaca dapat mengetahui status media yang mereka konsumsi berdasarkan standar Dewan Pers.

3. Membedakan fakta dengan opini. Mafindo menganjurkan pembaca tidak menelan mentah-mentah ucapan seorang narasumber yang dikutip oleh situs berita. Sering kali hal itu luput dari pembaca karena pembaca terlalu cepat mengambil kesimpulan. Semakin banyak fakta yang termuat di sebuah berita, makin banyak kredibel berita itu.

4. Cermat membaca korelasi foto dan caption yang provokatif. Persebaran foto provokatif dengan imbuhan tulisan yang telah disunting. Cara termudah menguji keabsahan informasi dari foto yang diterima, pembaca bisa membuka Google Images di aplikasi penjelajah lalu menyeret foto yang dimaksud ke kolom pencarian.

5. Ikut serta dalam komunitas daring. Menurut Mafindo, setidaknya ada empat komunitas yang getol memerangi berita palsu di Indonesia. Keempatnya itulah yang menjelma menjadi Mafindo. Dengan model crowdsourcing, komunitas itu berusaha menyaring dan mengklarifikasi informasi yang meragukan kebenarannya.

Sebagai tambahan dari lima cara antisipasi diatas, ada baiknya jika Anda membuka laman https://hoaxornot.detik.com/ untuk memeriksa apakah berita atau informasi yang Anda dapatkan termasuk Hoax atau tidak. Selain itu, Anda juga dapat membuka http://hoaxes.org/ yang merupakan museum berita hoax yang pernah beredar di masyarakat.

Mari kita lebih selektif dalam membagikan berita atau informasi yang kita dapatkan, sehingga kebohongan tidak akan menyebar luas.