ADIK YANG DIBIAYAI DARI BABAT RUMPUT KINI MASUK UI | RUMAH PUN KINI TERBELI

Kisah inspiratif datang dari seorang pemuda asal Cironggeng, Bekasi, yang bekerja sebagai tukang babat rumput untuk membiayai sekolah adiknya. Meski hidup dalam keterbatasan, ia mampu menyisihkan pendapatannya sebesar Rp150.000 per hari untuk mendukung pendidikan sang adik, yang kini dinyatakan lolos masuk Universitas Indonesia (UI) di jurusan Sistem Informasi.

Kehidupan keluarga mereka jauh dari kata layak. Sang ibu, yang mengasuh enam anak termasuk tiga keponakan yatim piatu dan dua anak berkebutuhan khusus, tinggal di rumah petakan sempit tanpa kamar layak. Demi menyekolahkan anak, sang ibu bahkan rela menggadaikan HP-nya demi membayar uang kuliah awal. Meski demikian, mereka tidak mengandalkan belas kasihan, melainkan bekerja keras dan menjunjung tinggi martabat.

Kisah ini menyentuh hati Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang langsung memberikan bantuan rumah layak huni senilai Rp25 juta dan akan ditambah sesuai kebutuhan. Ia juga menjanjikan beasiswa penuh untuk adik yang kuliah di UI, termasuk akomodasi kos di Depok jika dibutuhkan. Kang Dedi menyebut mereka sebagai “rakyat yang tertinggal secara ekonomi, tapi unggul dalam mental dan martabat.”

Profil Pemuda:
Tukang babat rumput di Bekasi, pendapatan Rp150.000/hari, tinggal di kontrakan bersama keluarga besar.

Pengorbanan:
Menyisihkan Rp50.000 untuk adik sekolah dan Rp100.000 untuk ibunya setiap hari.

Adik Berprestasi:
Adik kandungnya diterima di UI jurusan Sistem Informasi, hasil dari dukungan dan kerja keras kakaknya.

Kondisi Keluarga:
Tinggal di petakan kecil, menampung 7 orang termasuk anak-anak yatim dan berkebutuhan khusus.

Ibu Berdagang:
Sang ibu bantu ekonomi keluarga dengan berjualan gorengan dan martabak titipan ke sekolah.

Bantuan Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi:

  • – Uang muka rumah Rp25 juta (dilanjut hingga lunas).
  • – Beasiswa penuh untuk kuliah UI.
  • – Tawaran kontrakan gratis di Depok agar lebih dekat ke kampus.

Riwayat Bantuan Sebelumnya:
Tahun 2016 juga pernah menerima bantuan Rp16 juta dari KDM untuk beli sepeda dan gerobak.

Keteguhan Hati:
Meski tidak punya warisan dan keluarga sulit, mereka menolak hidup dari belas kasihan, memilih jalan kerja keras.

Kritik Sosial:
KDM menyoroti banyak warga asli Bekasi tidak mendapatkan akses kerja, meski tinggal di daerah UMK tinggi.

Pesan Moral:
Kemiskinan tidak menghalangi prestasi jika disertai kerja keras dan pengorbanan keluarga.