Kepala Bapenda Jabar Dorong Kerja Keras dan Pelayanan Prima dalam Evaluasi Kinerja Triwulan II 2025
Bandung – Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Barat menyampaikan pidato sarat makna dalam acara Evaluasi Kinerja Pendapatan dan Belanja Triwulan II Tahun 2025 dan Evaluasi Program Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor Tahun 2025, yang diikuti oleh seluruh Kepala Pusat Pengelolaan Pendapatan Daerah se-Jawa Barat, Jumat (4/7/2025).
Mengawali sambutannya, Kepala Bapenda menyampaikan filosofi Sunda, “Suku jadi hulu, hulu jadi suku,” yang dimaknainya sebagai simbol kerja keras untuk mencapai target-target besar yang tampaknya mustahil.
“Maknanya adalah melakukan sesuatu yang sulit menjadi mungkin. Dan itu hanya bisa dicapai dengan kerja keras,” tegasnya.
Cerminan Filosofi Lokal dalam Struktur Pemerintahan
Dalam pidatonya, ia mengaitkan struktur pemerintahan daerah dengan kearifan lokal Sunda, “Indung nu Ngandung dan Bapak nu Ngayuga”. Ia menjelaskan bahwa pengelola keuangan dan belanja seperti BPKAD mencerminkan peran ‘Indung’ sebagai pemberi kehidupan, sementara Bapenda berperan sebagai ‘Bapak nu Ngayuga’—pemberi penghidupan dan kesejahteraan.
“Karena kita adalah cerminan dari Bapak, maka tugas kita adalah mencari penghidupan bagi daerah,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan pentingnya kerja keras sebagai fondasi dalam mencapai target pendapatan daerah, terutama di tengah tantangan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jawa Barat yang mencapai Rp31,8 triliun tahun ini.
Pemutihan Pajak: Ujian Ketangguhan SDM Bapenda
Momen penting dalam semester pertama tahun ini adalah pelaksanaan kebijakan pemutihan pajak kendaraan bermotor yang diumumkan Gubernur Jawa Barat pada 20 Maret 2025. Program tersebut diumumkan secara mendadak dan harus langsung diterapkan keesokan harinya.
“Saya tahu betul bagaimana “riweuh“-nya teman-teman di lapangan. Hari itu diumumkan, besok harus berjalan. Bahkan banyak yang pulang kerja sampai tengah malam, dan itu saat bulan puasa,” katanya.
Ia menekankan bahwa situasi tersebut merupakan bukti nyata kerja keras tim Bapenda, sekaligus mencerminkan filosofi “suku jadi hulu” yang dihidupi secara nyata.
Prinsip Kepemimpinan Sunda Jadi Pegangan
Dalam memimpin, Kepala Bapenda berpegang pada falsafah Sunda: “Hade Tagog, Hade Gogog, Kaluhur Sirungan, Ka Handap Akaran, Sajajar, Saamparan“. Menurutnya, “Hade Tagog” mencerminkan penampilan fisik dan profesionalisme SDM serta lingkungan kerja, sementara “Hade Gogog” mencerminkan kinerja, utamanya dalam pencapaian pendapatan.
“Kalau tampilannya baik tapi kinerjanya buruk, tetap tidak akan maksimal. Begitu juga sebaliknya. Dua-duanya harus selaras,” jelasnya.
Ia menyatakan bahwa Bapenda memiliki dua fungsi utama: pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan pendapatan. Maka, baik kualitas pelayanan maupun capaian pendapatan harus sama-sama optimal.
Pelayanan Prima untuk Warga Pembayar Pajak
Lebih lanjut, Kepala Bapenda menegaskan bahwa seluruh jajaran harus memberikan pelayanan terbaik karena yang datang ke kantor pelayanan adalah masyarakat yang ingin menyumbang lewat pembayaran pajak, bukan meminta bantuan.
“Ini bukan masyarakat biasa. Mereka datang untuk membayar pajak. Sedikit saja mereka merasa tidak nyaman, bisa langsung diviralkan di media sosial,” ungkapnya.
Ia mengingatkan bahwa semua orang kini memiliki akses ke media sosial seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan Facebook. Karena itu, ia mendorong seluruh unit kerja untuk menata ulang pelayanan, meningkatkan kualitas interaksi, dan menjaga nama baik instansi melalui pelayanan publik yang bermartabat.
Acara evaluasi ini diakhiri dengan arahan untuk terus menjaga etos kerja, semangat pelayanan, dan konsistensi dalam mencapai target kinerja hingga akhir tahun 2025.