INI PENJELASAN KH. OLIH KOMARUDIN – PIMPINAN YAYASAN AL-IHSAN | SEJARAH BERDIRINYA RS
Dalam sebuah pertemuan hangat antara Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) dengan Kiai Haji Olih Komarudin yang berusia 88 tahun, terungkap kisah panjang dan pelik seputar pendirian Rumah Sakit Al-Ihsan yang kini berganti nama menjadi RS Welas Asih. Kiai Olih, tokoh legendaris Jawa Barat, menceritakan bahwa awalnya rumah sakit ini dibangun dengan niat mulia dari para tokoh Islam dan masyarakat demi menyediakan layanan kesehatan bagi umat, meskipun dalam prosesnya terjadi pelanggaran administratif yang membuat yayasan sempat tersandung kasus hukum.
Kiai Olih menjelaskan bahwa meski dana pembangunan berasal dari APBD Jabar, pengelolaan diserahkan ke yayasan yang dipimpin pejabat publik, sehingga secara hukum dianggap menyalahi aturan. Akibatnya, rumah sakit sempat disita dan berstatus sengketa sebelum akhirnya diserahkan ke Pemprov Jabar. Meski demikian, Kang Dedi menegaskan bahwa jasa para pendiri tetap harus dihormati. Mereka bahkan diabadikan dalam prasasti yang akan dibangun, karena tanpa keberanian dan pengorbanan mereka, rumah sakit itu tak akan pernah ada.
Kini, RS Welas Asih memasuki babak baru. Gubernur Jabar Kang Dedi Mulyadi mendorong layanan yang lebih inklusif dan humanis bagi siapapun, baik yang punya BPJS atau tidak, dari mana pun asalnya, harus dilayani. Nama “Welas Asih” diambil sebagai simbol kasih sayang universal. Gubernur Kang Dedi pun menekankan pentingnya membersihkan area rumah sakit, memperluas lahan parkir, serta memperkuat nilai spiritual dan sosial di dalam layanan medis.
Pertemuan tersebut menjadi momen reflektif sekaligus inspiratif, menegaskan bahwa niat baik meskipun salah langkah tetap layak dihargai. Rumah sakit ini kini bukan hanya bangunan fisik, tapi simbol keberanian sosial, kasih sayang antarumat, dan pengingat bahwa pelayanan publik harus melampaui sekat agama, status, dan birokrasi.
—
Sejarah dan Proses Pendirian RS Al-Ihsan
- Rumah Sakit Al-Ihsan didirikan atas inisiatif tokoh-tokoh Islam Jawa Barat untuk menyediakan layanan kesehatan bagi umat.
- Pembentukan yayasan awalnya dilakukan oleh gabungan tokoh NU, Muhammadiyah, Persis, MUI, dan masyarakat.
- Dana pembangunan berasal dari APBD Jawa Barat, namun dimasukkan ke dalam yayasan yang dipimpin oleh pejabat aktif—hal ini menimbulkan persoalan hukum.
- Total dana APBD yang digunakan mencapai sekitar 22 miliar rupiah (anggaran rutin, pembangunan, dan bantuan lainnya).
- Yayasan sempat dianggap bermasalah secara hukum karena tidak sesuai mekanisme administratif pemerintahan.
Sengketa Hukum dan Perubahan Kepemilikan
- Rumah sakit sempat disita dan menjadi barang sitaan pengadilan.
- Akhirnya pengadilan menyerahkan aset rumah sakit kepada Pemprov Jabar karena sumber dananya dari negara.
- Kiai Olih Komarudin diangkat menjadi Ketua Yayasan sebagai pengganti Pak Ukman saat yayasan dianggap bermasalah.
- Rumah sakit berstatus milik pemerintah, namun tanahnya masih ada yang tercatat atas nama Yayasan Al-Ihsan.
Transformasi Menjadi RS Welas Asih
- Gubernur Dedi Mulyadi mengubah nama menjadi “Rumah Sakit Welas Asih” sebagai simbol kasih sayang universal.
- Nama baru ini juga dimaksudkan agar rumah sakit tidak membatasi layanan pada golongan tertentu.
- Filosofi “Welas Asih” diambil dari makna “rahman rahim” dalam Islam mewakili kasih sayang bagi semua.
- Akan dibangun prasasti penghormatan untuk para pendiri awal meskipun langkah mereka keliru secara hukum, karena niatnya tetap baik.
Arah Kebijakan dan Layanan Sosial Rumah Sakit
- Rumah sakit tidak boleh menolak pasien dalam kondisi apapun: apakah memiliki BPJS atau tidak, dari daerah manapun, dan dari agama manapun.
- Agama tidak membatasi siapa yang boleh ditolong—semua orang yang sakit harus mendapatkan perawatan.
- Akan dilakukan perbaikan layanan dan lingkungan, termasuk pembersihan sampah dan perluasan lahan parkir.
- Tanah milik Yayasan Al-Ihsan akan dikonsultasikan untuk dihibahkan atau dijual ke Pemprov agar legalitasnya jelas.
Figur Kiai Olih Komarudin
- Usia 88 tahun, pernah menjadi anggota DPRD Jabar 4 periode, tentara tituler, mubaligh RRI satu-satunya di Jabar, dan tokoh Golkar pada masanya.
- Memiliki lima anak yang sukses di berbagai bidang: dari ITB, BUMD, militer, hingga akademisi Unhan.
- Meski usianya lanjut, Kiai Olih tetap aktif memberikan wejangan, mengajar kuliah umum, dan menjaga nilai-nilai toleransi dan pengabdian.
- Ia dipercaya memimpin kembali Yayasan Al-Ihsan dan mendukung penuh perubahan yang dilakukan oleh Gubernur Kang Dedi Mulyadi.