STAF GUBERNUR TERUS BERGERAK TEMUI WARGA MUARA GEMBONG | PASTIKAN BANTUAN SAMPAI
KABUPATEN BEKASI – Tim Staf Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) melanjutkan misi kemanusiaan ke Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, untuk memastikan ribuan paket bantuan logistik dan sembako sampai kepada warga terdampak bencana rob ekstrem. Kunjungan yang menantang ini dilakukan melalui jalur air ke Kampung Muara Bendera, Desa Pantai Bahagia, yang selama enam hari terisolasi dengan ketinggian air mencapai dada orang dewasa.
Perjalanan ini menyoroti tidak hanya kondisi darurat warga, tetapi juga isu struktural seperti penurunan permukaan tanah dan pentingnya adaptasi bantuan sosial yang sesuai dengan kondisi geografis wilayah pesisir.
Menembus Isolasi 6 Hari Rob Ekstrem ke Pantai Bahagia
Tim Staf Gubernur Jabar memilih jalur sungai dari dermaga kecamatan karena akses darat menuju Pantai Bahagia terputus dan tidak dapat dilalui kendaraan. Perjalanan menggunakan perahu ini digambarkan sebagai “menegangkan,” namun penuh semangat untuk mencapai titik distribusi.
Kampung Muara Bendera di Pantai Bahagia menjadi salah satu lokasi terparah yang dikunjungi. Warga melaporkan air rob telah merendam pemukiman mereka selama enam hari berturut-turut sejak hari Kamis, dan baru surut pada hari keenam. Ketinggian air di desa ini dilaporkan mencapai setinggi dada orang dewasa.
Kondisi tersebut memaksa nelayan setempat untuk menganggur. Selama enam hari, mereka tidak bisa melaut karena ombak dan angin yang besar, menyebabkan stok makanan warga habis.
“Selama ini kebanjiran, ke mana mengungsinya? Di sini saja, Pak. Banyaknya di atas (balek), jadi aman. Air kering (surut) lima jam saja,” ujar Bapak Mimin, salah satu warga terdampak, menggambarkan upaya bertahan mereka di atas balai atau perabotan yang ditinggikan.
Isyarat Penurunan Tanah dan Bantuan yang Tidak Tepat Sasaran
Dalam perbincangan dengan warga, terungkap masalah jangka panjang yang lebih serius. Seorang nelayan lanjut usia menceritakan bahwa rumahnya, yang dulu dibangun tinggi, kini telah “duduk lagi” (turun) akibat banjir rob, mengindikasikan adanya penurunan permukaan tanah (land subsidence) dan naiknya permukaan air laut.
Selain itu, tim menemukan adanya ketidaksesuaian bantuan dari program pemerintah sebelumnya. Salah satu ibu rumah tangga di lokasi menceritakan bahwa ia seharusnya mendapat bantuan ternak kambing dari Kementerian Sosial, namun bantuan itu ditukar menjadi jaring nelayan yang lebih sesuai untuk suaminya.
“Kalau kambing di sini renang terus, Bu,” ujar warga lain, menegaskan bahwa bantuan ternak tidak tepat untuk lingkungan pesisir yang rentan rob.
Hal ini menjadi masukan penting bagi pemerintah pusat dan daerah agar program bantuan mempertimbangkan kondisi geografi dan mata pencaharian spesifik masyarakat setempat.
Keuletan Warga dan Peran Local Hero Pak Rino
Tim KDM juga berinteraksi dengan beberapa lansia yang memilih bertahan. Salah satunya adalah seorang nenek (berusia hampir 100 tahun) yang berasal dari Indramayu dan telah tinggal di sana selama 15 tahun. Meskipun rumahnya rusak dan basah, ia menolak pindah karena tidak memiliki keluarga lagi di kampung halamannya.
Keberhasilan penyaluran bantuan di Muara Gembong tidak terlepas dari peran Pak Rino, personel Bhabinkamtibmas Pesisir Ditpolairud Polda Metro Jaya. Pak Rino membantu tim staf Gubernur secara totalitas, termasuk menyediakan kapalnya (dari Ditpolairud) untuk mengangkut tim ke titik-titik terpencil di Kampung Muara Bandera.
“Beliau luar biasa melayani kami, membantu kami mulai dari mengantarkan ke titik-titik bencana sampai dengan tadi ke Pantai Bahagia Kampung Muara Bandera. Kapalnya beliau,” puji Kepala Biro Adpim, Akhmad Taufiqurrachman di Dermaga Muara Gembong.
Di akhir kunjungan, tim menyatakan keprihatinan mendalam atas perjuangan para nelayan yang harus berjuang mencari nafkah di tengah ancaman rob yang rutin. Staf Gubernur menitipkan pesan kepada Pak RT/RW untuk terus memantau kesehatan warga dan memastikan pembagian sembako berjalan adil.
sumber : https://www.youtube.com/watch?v=G-u3OOoZ2OQ



