INVESTASI TERUS BERKEMBANG | DELI MEMBUTUHKAN 3000 KARYAWAN
KARAWANG – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) menghadiri acara peletakan batu pertama (Groundbreaking Ceremony) pabrik Daily Manufacturing Company (DELI) di Karawang pada Senin (27/11/2025). Perusahaan yang bergerak di bidang perlengkapan pendidikan dan perkantoran ini diperkirakan akan menyerap hingga 3.000 karyawan.
Dalam sambutannya, KDM tidak hanya mengucapkan terima kasih atas investasi tersebut, tetapi juga melontarkan kritik keras terhadap mentalitas masyarakat Indonesia yang dinilai masih berorientasi sebagai konsumen. Ia juga menjabarkan strategi komprehensif Pemprov Jabar untuk memastikan investasi ini benar-benar mendorong keadilan ekonomi, mulai dari penyiapan SDM manajerial lokal hingga komitmen perbaikan infrastruktur.
Kritik KDM: Belajar dari Tiongkok dan Menolak Mental Konsumen
KDM memulai pidatonya dengan menyoroti kekaguman sekaligus keprihatinannya terhadap bangsa sendiri. Ia memuji etos kerja masyarakat Tiongkok yang konsisten mengembangkan industrialisasi hingga memproduksi barang-barang kecil sekalipun, seperti peniti, ritsleting, dan jarum.
Sebaliknya, ia mengkritik tren masyarakat Indonesia yang kerap gengsi, bekerja tidak keras, dan berpuas diri hanya menjadi konsumen.
“Pertanyaannya adalah kita bangsa Indonesia mau bikin apa? Mau terus-terusan menjadi konsumen dan mengharapkan menjadi karyawan saja atau mulai berpikir produksi?” tanya KDM.
Menurut KDM, kunci untuk maju adalah kerja keras dan tidak gengsian. Ia bahkan menyentil budaya “mendapat proyek Rp 200 juta, langsung kawin lagi,” sebagai contoh kelemahan etos kerja.
KDM berharap industri seperti DELI, yang memproduksi alat perlengkapan edukasi dan perkantoran, dapat berperan penting dalam meningkatkan kapasitas intelektual, emosional, dan seni rakyat Indonesia, yang pada akhirnya membentuk karakter bangsa.
Strategi Hilirisasi: Menangkap Efek Bola Salju Ekonomi 3.000 Karyawan
Dengan proyeksi 3.000 karyawan baru yang dibutuhkan DELI, KDM mengingatkan masyarakat lokal Karawang untuk tidak hanya fokus menjadi tenaga kerja pabrik. Ia mendesak mereka untuk segera membaca peluang hilirisasi industri dan menangkap multiplier effect dari kehadiran ribuan pendatang.
“Kalau ada industri jangan semuanya berpikir jadi karyawan. Kenapa? [Karena] ada keterbatasan pendapatan, ada siklus hidup yang harus ditaati,” ujar KDM.
KDM menyarankan masyarakat lokal untuk menguasai sektor pendukung industri, seperti:
1. Penyedia Akomodasi: Mendirikan rumah kos.
2. Sektor Pangan: Menjadi pedagang pecel ayam, pecel lele, nasi goreng, dan memenuhi kebutuhan sayur, telur, ikan, dan beras harian.
3. Jasa: Menguasai transportasi publik, menyiapkan tempat penitipan anak, dan sarana pendidikan bagi anak-anak karyawan.
Ia menghitung, jika gaji rata-rata karyawan mencapai Rp 5 juta, perputaran uang di wilayah tersebut akan sangat besar. “Kalau pelaku ekonominya orang sini semuanya, maka multiplier effect ekonominya akan ada di sini, tidak ke mana-mana uangnya,” jelasnya.
Revolusi SDM: Pemprov Jabar Cetak Manajer Lokal
Untuk memastikan masyarakat Karawang menjadi subjek, bukan hanya objek, investasi, KDM mengumumkan dua program strategis dari Pemprov Jabar:
1. Pendidikan Kejuruan: Mempersiapkan 1.000 lulusan SMP untuk masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis industri, di mana seluruh biaya ditanggung oleh Pemprov Jabar. Para siswa ini diwajibkan tinggal di kos, tidak bersama orang tua, untuk membentuk karakter kepemimpinan.
2. Manajer Masa Depan: Mempersiapkan 500 calon Diploma 3 di bidang teknologi informasi dan Politeknik untuk dibentuk menjadi manajer. Tujuannya agar kelas menengah dan manajerial pabrik di Karawang sebagai kawasan industri terbesar diisi oleh warga lokal.
KDM menekankan pentingnya menanamkan “otak manajer” sejak dini, melalui pola hidup teratur, melipat kasur sendiri, hingga mengatur barang dengan rapi.
Keadilan Pajak dan Perlindungan Industri
KDM secara terbuka mengkritik birokrasi yang gagal melayani industri meskipun telah mengutip pajak yang besar dari sektor ini. Ia menyebut aneh jika industri masih mengeluh karena jalan berlubang atau keamanan yang terancam.
“Negara banyak menghasilkan pajak dari industri, maka orang industri tidak boleh lagi mengeluh karena tidak aman. Tidak boleh mengeluh karena jalannya bolong, jembatannya terancam. Kenapa? Dia sudah bayar pajak,” tegas KDM.
KDM menyoroti bahwa uang pajak harus kembali menjadi layanan prima bagi industri, termasuk infrastruktur jalan yang mulus, PJU yang terang, CCTV yang berfungsi, hingga layanan ambulans dan paramedis yang tersedia.
Komitmen Konkret:
Sebagai bukti komitmen, KDM mengumumkan Pemprov Jabar akan mengambil alih pembangunan jembatan yang kerap macet dari Karawang Barat menuju Tol, yang notabene merupakan jalan nasional. Proyek ini akan dibangun oleh Pemprov Jabar senilai Rp 150 miliar
KDM juga meminta agar para birokrat tidak lagi “mengemis” kepada pabrik dalam bentuk retribusi atau sumbangan, karena pabrik adalah tempat produksi, bukan tempat pencetakan uang.
Eradikasi Premanisme Melalui Aplikasi “Nyari Gawe”
Untuk menjaga integritas dan transparansi, KDM memastikan bahwa rekrutmen 3.000 karyawan baru DELI (dan industri lain) harus dilakukan secara modern melalui sistem aplikasi “nyari gawe” (mencari kerja).
Sistem ini bertujuan untuk:
1. Menghilangkan Antrean: Pelamar tidak perlu lagi berkerumun di pagar security pabrik.
2. Mencegah Praktik Korupsi/Premanisme: Tidak ada lagi keributan saat melamar kerja.
3. Modernisasi Proses: Pelamar cukup mendaftar secara digital. Pemeriksaan kesehatan dan pengurusan SKCK hanya dilakukan setelah dinyatakan lulus, bukan sebelumnya, untuk menghemat waktu dan biaya pencari kerja.
Mendorong Industri yang Berintegritas dan Berkeadilan
Peluncuran pabrik DELI di Karawang bukan hanya menandai pertumbuhan investasi, tetapi juga menjadi momentum bagi Pemprov Jawa Barat di bawah kepemimpinan Dedi Mulyadi untuk menegaskan paradigma baru dalam hubungan antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Melalui komitmen perlindungan industri dari gangguan premanisme dan pungutan liar, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi berjanji pengembalian pajak dalam bentuk layanan infrastruktur, serta upaya serius mencetak sumber daya manusia (SDM) lokal menjadi manajer, KDM berupaya mewujudkan iklim investasi yang adil dan berintegritas.
Pada akhirnya, investasi pabrik asing tidak lagi dilihat sekadar sebagai sumber lapangan kerja buruh, tetapi sebagai pemicu perubahan karakter dan ekonomi lokal ke arah positif, mengubah mentalitas konsumen menjadi produsen, sekaligus memastikan bahwa multiplier effect dari perputaran ekonomi dapat dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat Karawang sendiri.
KDM menutup acara di depan para pengusaha Tingokok dengan harapan bahwa pemimpin Indonesia adalah pemimpin yang berintegritas, karyawannya adalah karyawan yang pekerja keras, kemudian sistemnya sudah sistem modern yang mewujudkan industri untuk keadilan dan kemajuan.
sumber : https://www.youtube.com/watch?v=GnT_IdM2aok



