Konsep Baru KAI: KDM Siap Suntik Rp 8 Triliun untuk Kereta Super Cepat Jakarta–Bandung–Banjar Laporan Proyek Infrastruktur
BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), dan Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin sepakat melahirkan konsep transportasi baru: kereta cepat dengan harga tiket terjangkau, menghubungkan Jakarta hingga Jawa Barat bagian Selatan. KDM menawarkan komitmen dana Rp 8 triliun dari Pemprov Jabar untuk mewujudkan target waktu tempuh Jakarta–Bandung hanya 1,5 jam.
Kereta Konvensional vs. Jalan Tol
Saat ini, kereta Parahyangan menempuh Jakarta–Bandung dalam waktu 3 jam. KDM ingin memangkasnya menjadi 1,5 jam dengan tiket tetap ekonomis (sekitar Rp 150.000–Rp 200.000), bersaing langsung dengan waktu tempuh jalan tol.
Dirut KAI menjelaskan, problem kecepatan bukan pada keretanya, melainkan pada perlintasan sebidang dan banyaknya tikungan. Solusinya adalah memodernisasi jalur eksisting, termasuk menggunakan teknologi Tilting (kereta miring) dan pembangunan jalur ganda.
“Kalau membangun jalur kereta api dari stasiun Jakarta (Gambir) ke Bandung… diperlukan Rp 8 triliun. Perjalanannya berapa jam? 1,5 (jam),” kata KDM, menyambut baik estimasi biaya tersebut.
KDM menyatakan ia akan berani menganggarkan dana tersebut secara bertahap, setelah program infrastruktur jalan berakhir tahun depan.
Pemerataan dan Saham Warga Jabar
Proyek ini bertujuan utama untuk pemerataan ekonomi, agar kemajuan tidak hanya terpusat di Bandung, melainkan menyebar ke wilayah Priangan Timur.
Dengan waktu tempuh 1,5 jam ke Bandung, rute akan diperpanjang:
Jakarta–Tasikmalaya: Diprediksi menjadi 3 jam.
Jakarta–Banjar: Diprediksi menjadi 3,5 jam, sangat efisien dibandingkan jalur darat.
Untuk pendanaan, KDM mengusulkan skema investasi yang inklusif, melibatkan Pemkot Bandung, pengusaha hotel, hingga “Saham Warga Jabar”. “Warga Jabar nanti punya kereta yang diproduksi di dalam negeri, punya kualitas, menggunakan tenaga dalam negeri,” ujarnya optimis.
Kereta Logistik Petani dan Revitalisasi Heritage
Selain kereta penumpang, KDM mendesak percepatan penyediaan kereta petani (non-AC) untuk angkutan logistik, seperti beras dari Pantura (Cirebon, Subang) dan hasil bumi dari Cianjur menuju Cipinang. Ia juga menjanjikan dukungan anggaran Pemprov hingga hampir Rp 1 triliun untuk membangun flyover perlintasan sebidang dan merevitalisasi aset KAI.
Revitalisasi Stasiun Bandung menjadi fokus. KDM dan Dirut KAI sepakat mengembalikan Stasiun Bandung ke nuansa heritage awalnya tahun 1884, dengan membebaskan area parkir depan dan menjadikannya ruang publik. KDM juga menawarkan dukungan untuk menjadikan bangunan KAI tua di Purwakarta sebagai museum kereta.



