BERKUNJUNG KE SUMEDANG – INI MAKNA EKOSISTEM EKONOMI BERBASIS TRADISI



SUMEDANG — Pemerintah Provinsi Jawa Barat menegaskan arah pembangunan daerah yang tidak hanya berfokus pada infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga berakar kuat pada kebudayaan dan jati diri masyarakat Sunda. Pendekatan ini diyakini menjadi pondasi utama dalam membentuk masyarakat yang berdaya, mandiri, dan berkarakter kuat di tengah arus globalisasi.

Pondasi Budaya sebagai Dasar Kemajuan Bangsa

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menekankan bahwa kemajuan bangsa harus bertumpu pada kebudayaan. Tanpa fondasi budaya yang kuat, masyarakat akan mudah terdominasi oleh pengaruh luar.

Dalam konteks ini, masyarakat Sunda diingatkan untuk memperkuat rasa percaya diri dan membangun jati diri melalui perilaku dan tindakan nyata, bukan sekadar simbol atau aksesori.

Penggunaan iket kepala Sunda oleh para tokoh masyarakat menjadi simbol penegasan bahwa budaya Sunda masih hidup dan terus berkembang. Tren penggunaan iket kini menjadi bentuk kebanggaan dan pernyataan identitas yang positif bagi masyarakat Jawa Barat.

Selain itu, konsep Gapura Pancawaluya diangkat sebagai gerbang menuju manusia paripurna, yaitu *cageur, bageur, bener, pinter,* dan *singer.* Nilai-nilai ini akan diwujudkan secara visual melalui desain infrastruktur Jawa Barat, seperti Penerangan Jalan Umum (PJU) dengan ornamen Mahkota Binokasih Sumedang Larang, serta desain jembatan dan pengaman jalan yang seragam dan beridentitas Sunda.

Konsep Ekosistem dalam Pembangunan

Pemprov Jabar juga memperkenalkan konsep “ekosistem pembangunan” yang menekankan semangat *silih asah, silih asih, silih asuh,* dan *silih wawangi.* Konsep ini menekankan keterhubungan antarunsur pembangunan yang saling menghidupkan dan mendukung satu sama lain.

Beberapa penerapannya antara lain:

* Perumahan: Pembebasan lahan bebas calo, perizinan cepat dan gratis, serta akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi kontraktor untuk mendorong perumahan rakyat yang layak dan terjangkau.
* Kesejahteraan Rakyat: Jaminan upah tepat waktu, akses kredit rumah bunga rendah, pendidikan, kesehatan, dan perjalanan tanpa hambatan.
* Kehadiran Negara: Pemerintah hadir langsung di lapangan melalui layanan publik yang nyata, termasuk layanan derek gratis di jalan provinsi untuk membantu masyarakat dan menekan biaya transportasi.
* Konektivitas: Pemerintah diharapkan memiliki sistem koneksi yang baik, terutama saat terjadi bencana, agar bantuan dapat disalurkan secara cepat, tepat, dan efektif.

Branding dan Standarisasi Produk Lokal

Sebagai bagian dari strategi ekonomi berbasis budaya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga menekankan pentingnya branding dan standarisasi produk lokal.

Produk unggulan seperti Tahu Sumedang dan Ubi Cilembu akan dikembangkan dengan identitas dan standar yang kuat, sebagaimana Rumah Makan Padang yang mudah dikenali di seluruh Indonesia.

Untuk itu, Pemprov Jabar berencana merancang desain bangunan standar warung Tahu Sumedang di berbagai daerah. Standar ini akan mencakup tata kelola pabrik, bahan baku, keberlanjutan lingkungan, hingga kesejahteraan karyawan, agar kualitas dan citra Tahu Sumedang tetap terjaga di seluruh Indonesia.

Sumedang Sebagai Pusat Budaya Sunda

Sumedang diharapkan dapat menjadi Puser Budaya Sunda (Pusat Budaya Sunda) yang memancarkan nilai-nilai budaya tidak hanya melalui pagelaran seni, tetapi juga melalui tata laku kehidupan masyarakat.

Sejarah panjang Sumedang diperkuat dengan keberadaan manuskrip Pujangga Manik yang tersimpan di Museum Oxford, sebagai bukti bahwa peradaban Sunda telah diakui dunia internasional.

Pemerintah juga mengusulkan pembentukan desa-desa adat di Jawa Barat, di mana kepala desanya dipilih berdasarkan musyawarah adat, mencontoh sistem kepemimpinan adat di Bali.

Selain itu, Pemprov Jabar siap membangun Kampung Pariwisata Budaya berupa satu desa perumahan berkarakter Sumedang Larang dengan 100–200 rumah. Kawasan ini akan menjadi ikon wisata budaya, di mana masyarakatnya dibekali pendidikan bahasa Inggris, pariwisata, kuliner, dan seni tradisi.

Filosofi dan Karakter: Pajajaran Anyar

Konsep “Pajajaran Anyar” menjadi filosofi pembangunan Jawa Barat masa kini — yakni cara berpikir modern yang diilhami oleh nilai-nilai masa lalu.

Filosofi ini menekankan pentingnya memahami masa lalu (kabihari), masa kini (kiwari), dan masa depan (poe isuk), serta kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman (mi indung ka waktu, mi bapa ka zaman).

Melalui sinergi antara budaya, pembangunan, dan teknologi, Jawa Barat berkomitmen mewujudkan provinsi yang maju secara ekonomi, berkarakter kuat, dan berakar pada nilai-nilai Sunda.