KISAH MAK MULYATI | JALAN KAKI 5 KM TIAP HARI – KULI NGORED DI KAKI GUNUNG CIKARAMAS

Di tengah kesibukan pekerjaan rekonstruksi jalan di ruas Cikajang Sumadra, Kabupaten Garut, Kang Dedi Mulyadi (KDM) berjumpa dengan sosok inspiratif, Mak Mulyati. Nenek paruh baya dari Kampung Cikole, Desa Cibogo, ini menjalani rutinitas harian yang luar biasa berat: berjalan kaki sejauh kurang lebih 5 kilometer setiap hari.

Mak Mulyati adalah seorang kuli ngored, pekerja harian yang membersihkan rumput di kebun sayur di kaki Gunung Karamat, menunjukkan semangat dan kemandirian yang luar biasa di usia senja.

Perjalanan Mak Mulyati ke kebun dimulai sangat pagi, pukul 04:30, saat suasana masih gelap. Ia tiba di tempat kerja saat matahari terbit dan baru menyelesaikan pekerjaannya sekitar pukul 12:00. Dari kerja kerasnya sebagai kuli ngored, Mak Mulyati hanya mendapatkan upah sebesar Rp50.000 per hari.

Namun, pekerjaan itu tidak selalu ada, ia hanya bekerja sekitar tiga hari seminggu. Penghasilan yang minim ini harus dibagi untuk membeli beras, minyak goreng, dan membayar listrik, seringkali hanya cukup untuk makan telur bersama suaminya.

Di rumah, Mak Mulyati harus menghadapi kondisi suaminya, yang ia panggil “Aki”, yang sedang sakit akibat jatuh atau “tikusruk”. Kecelakaan tersebut menyebabkan luka di wajahnya hingga berdarah, namun sang suami belum mendapatkan pengobatan memadai.

Mak Mulyati terpaksa tidak membawa suaminya ke Puskesmas atau dokter karena ketiadaan biaya, padahal ia baru mengetahui dari KDM bahwa layanan di Puskesmas seharusnya gratis. Keadaan ini membuat Mak Mulyati terus bekerja keras karena sang suami sudah tidak bisa mencari nafkah.

Selain kondisi kesehatan suami, Mak Mulyati juga tinggal di rumah milik sendiri yang kondisinya sangat memprihatinkan. Ia mengakui bahwa rumahnya jelek dan bocor di mana-mana (balocor) saat hujan besar turun.

Yang mengejutkan, meskipun berada dalam garis kemiskinan dan memiliki kondisi rumah yang tidak layak huni, Mak Mulyati mengaku tidak pernah mendapat bantuan rumah tidak layak huni (Rutilahu) dan bahkan tidak selalu mendapat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) atau Program Keluarga Harapan (PKH). Ia juga mengaku tidak mengenal siapa kepala desanya karena lebih sering menghabiskan waktu di kebun.

Terpukau dengan ketangguhan Mak Mulyati, KDM segera mengambil langkah intervensi. KDM memberikan bantuan dana tunai untuk kebutuhan mendesak dan berjanji akan menjemput suami Mak Mulyati hari itu juga untuk dibawa ke rumah sakit guna mendapatkan pengobatan yang layak.

Tidak berhenti di situ, KDM juga menyiapkan persediaan beras untuk satu bulan dan memberikan janji pembangunan rumah. Mak Mulyati akan mendapatkan dana sebesar Rp40 juta yang akan ditransfer ke rekeningnya untuk merenovasi atau membangun kembali rumahnya yang bocor.

KDM memuji Mak Mulyati sebagai “wanita Sunda yang tangguh” dan “orang besar” karena semangat kemandiriannya yang tidak mau meminta-minta. Ia berharap agar Mak Mulyati tetap sehat dan terus bergerak, sebab pergerakan itu menjauhkan dari penyakit.

Pertemuan tak terduga ini memberikan harapan baru bagi Mak Mulyati dan suaminya, bahwa kerja keras dan ketulusan hati akhirnya mendapatkan balasan dan perhatian yang layak dari pelayan rakyat.

Poin-Poin Utama Kisah Mak Mulyati

  • Pekerjaan dan Jarak: Mak Mulyati bekerja sebagai kuli ngored (penyiang rumput) di kebun sayur di kaki Gunung Karamat, Garut. Ia berjalan kaki kurang lebih 5 kilometer setiap hari, berangkat pukul 04:30 pagi.
  • Penghasilan Minimal: Upah hariannya hanya Rp50.000, dan ia hanya bekerja sekitar 3 hari dalam seminggu, sehingga penghasilan bulanannya sangat minim.
  • Kondisi Suami: Suaminya (“Aki”) sakit dan terluka parah di bagian wajah akibat jatuh (tikusruk) dan belum berobat karena tidak punya uang.
  • Kondisi Tempat Tinggal: Tinggal di rumah milik sendiri di Kampung Cikole, Desa Cibogo, yang kondisinya rusak dan bocor parah (balocor) saat hujan.
  • Kesenjangan Bantuan Sosial: Mak Mulyati tidak secara konsisten menerima bantuan pemerintah seperti PKH atau Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
  • Intervensi KDM:
    *Perawatan Suami: Tim KDM akan segera menjemput suaminya untuk dibawa ke rumah sakit.
    *Kebutuhan Pangan: Diberi persediaan beras untuk 1 bulan.
    *Bantuan Rumah: Dijanjikan bantuan dana Rp40 juta yang akan ditransfer ke rekeningnya untuk pembangunan rumah.
  • Apresiasi: KDM memuji Mak Mulyati sebagai “wanita Sunda yang tangguh” dan memiliki semangat kemandirian yang luar biasa.