KONDISI PARUNG PANJANG SETELAH DITUTUP SEMENTARA | INI KOMENTAR WARGA
Bogor – Ruas Jalan Muhammad Toha hingga Bunar di Parung Panjang merupakan jalur vital yang telah menjadi prioritas pembangunan infrastruktur Jawa Barat. Saat ini, sedang berlangsung proyek rekonstruksi jalan sepanjang 5,6 kilometer dengan nilai kontrak mencapai Rp59,69 miliar, yang dijadwalkan rampung dalam 210 hari kerja. Pembangunan ini menjadi kunci untuk mewujudkan jalan yang leucir (licin/mulus) bagi warga Jabar.
Namun, sebelum adanya Surat Keputusan (SK) Gubernur, proyek rekonstruksi ini menghadapi kendala yang luar biasa serius: lalu lintas truk angkutan tambang yang brutal. Truk-truk tambang, baik yang kosong maupun yang berisi, seringkali beroperasi di luar jam yang diatur oleh Peraturan Bupati (Perbub) Nomor 56 Tahun 2003, melintas hampir tanpa batas waktu.
Pelanggaran jam operasional ini berdampak fatal pada kualitas dan kemajuan proyek. Petugas lapangan melaporkan bahwa kendaraan truk isi, yang seharusnya beroperasi pukul 22.00 hingga 05.00, berjalan tanpa henti. Akibatnya, pekerjaan pengecoran beton yang membutuhkan waktu setting (pengerasan) yang tepat seringkali terganggu, bahkan membuat beton yang sudah digelar tidak bisa digunakan karena terlalu lama mengeras di tengah kemacetan.
Dampak dari SK Gubernur nomor 7920/ES.09/PEREK tertanggal 25 September 2025 terhadap penutupan sementara pun dirasakan sangat besar dan positif oleh para pelaksana proyek. Setelah truk-truk besar tidak banyak melintas, tim konstruksi kini dapat bekerja dengan leluasa hingga malam hari, sesuatu yang mustahil dilakukan sebelumnya.
Peningkatan efisiensi proyek pun terbukti nyata. Jika sebelumnya volume pengecoran beton hanya mencapai separuh, kini pelaksana proyek mampu menembus angka 300 kubik pengecoran beton per malam. Efeknya, target penyelesaian Segmen 2 sepanjang 4,184 km yang semula dikhawatirkan molor, kini ditargetkan bisa rampung lebih cepat, yakni pada Oktober 2025.
Perubahan paling signifikan dirasakan oleh aparat yang bertugas mengatur lalu lintas di lapangan. Salah satu aparat di sana menceritakan bahwa sebelum penutupan, lalu lintas Parung Panjang sangat padat, membuat masyarakat sangat terganggu, dan Perbub yang ada tidak menyelesaikan masalah. Namun, setelah SK Gubernur nomor 7920/ES.09/PEREK berlaku per 25 September 2025, kondisi kini menjadi aman, lancar, dan terkendali.
Komentar serupa disampaikan oleh masyarakat setempat, yang mengatakan bahwa sebelum penutupan, truk-truk tronton sudah menumpuk sejak jam 9 pagi, menyebabkan kemacetan parah dari Samanea Hill hingga rel kereta. Setelah adanya SK Gubernur, jalan Parung Panjang menjadi kosong dari truk, sehingga aktivitas masyarakat seperti anak-anak berangkat sekolah, ibu-ibu ke pasar, dan pekerja menjadi aman dan nyaman.
Meskipun demikian, kebijakan penutupan sementara ini masih memicu pro dan kontra. Seorang sopir truk angkutan tambang memohon agar perusahaan dibuka kembali, namun menawarkan solusi dengan mengurangi muatan beban jalan dari 40 ton menjadi 20-30 ton agar jalan tidak cepat rusak. Di sisi lain, masyarakat setempat menegaskan bahwa penutupan ini hanyalah solusi jangka pendek.
Solusi permanen yang paling ideal dan harus segera diwujudkan, menurut warga, adalah pembangunan Jalan Khusus Tambang. Pembangunan jalur terpisah ini dinilai sebagai satu-satunya cara untuk memisahkan aktivitas mobilisasi tronton dari kegiatan warga, sehingga konflik horizontal dan dampak sosial di Parung Panjang dapat terhenti untuk selamanya.
Point-Point Utama
- Proyek Rekonstruksi: Rekonstruksi Jalan Muhammad Toha-Gunar (5,6 km, Rp59,69 M) terhambat oleh traffic truk tambang.
- Kendala Utama: Truk angkutan tambang (sekitar 3.000 kendaraan) melanggar jam operasional Perbub dan beroperasi tanpa batas waktu.
- Dampak Pelanggaran: Pekerjaan pengecoran beton terganggu, kualitas beton terancam, dan kemajuan proyek melambat.
- Dampak SK Gubernur: Truk besar berkurang drastis, lalu lintas menjadi aman, lancar, dan terkendali.
- Efisiensi Konstruksi: Pekerjaan bisa dilakukan hingga malam, volume pengecoran beton meningkat drastis (hingga 300 kubik per malam).
- Target Proyek: Target penyelesaian Segmen 2 (4,184 km) dapat dipercepat hingga Oktober 2025.
- Komentar Warga: Merasakan perubahan signifikan, jalan kosong, anak sekolah dan pekerja merasa aman
- Usulan Sopir Truk: Memohon dibuka kembali dengan syarat mengurangi muatan truk (dari 40 ton menjadi 20-30 ton) agar jalan awet.
- Solusi Permanen: Masyarakat menegaskan bahwa solusi paling tepat adalah pembangunan Jalan Khusus Tambang untuk memisahkan aktivitas tronton dari warga.



