SUAMI NGGAK MAU KERJA – SUSU ANAK DIGANTI TEH | RUMAH MAU AMBRUK | INI SIKAP KDM

Purwakarta – Sebuah kisah pilu dan mengharukan datang dari sebuah keluarga di Kampung Rancapanggung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung. Seorang ibu bernama Ibu Irah harus menghadapi kenyataan pahit bahwa cucunya, anak dari putrinya Sari tidak mendapatkan gizi yang layak. Penyebabnya adalah suami Sari, Dedi, yang malas bekerja, memaksa Sari memberikan teh dan krimer sebagai pengganti susu untuk anaknya yang lahir prematur. Di tengah keputusasaannya, Gubernur Dedi Mulyadi datang memberikan harapan baru, tidak hanya membantu biaya hidup, tetapi juga menjanjikan pembangunan rumah layak huni.

Kondisi keluarga ini sangat memprihatinkan. Mereka tinggal di gubuk kecil yang terbuat dari bilik bambu, di atas tanah milik mertua ibu Irah. Gubuk tersebut sangat rapuh dan nyaris roboh, tidak layak untuk ditinggali.

Ibu Irah menceritakan bahwa menantunya, Dedi, enggan bekerja. Sehari-hari, Dedi hanya mengamen atau meminta-minta, yang hasilnya tidak menentu. Meskipun pernah ditawari pekerjaan sebagai kuli bangunan, Dedi menolak. Penghasilan Dedi sangat minim, bahkan ia sering menghabiskan uangnya dengan cepat tanpa memikirkan kebutuhan keluarga.

Kontras dengan menantunya, Irah adalah sosok pekerja keras. Ia rela banting tulang demi anaknya, Sari dan suaminya, dengan bekerja sebagai pengumpul kayu bakar dari Gunung Bonjot. Dari pekerjaan itu, ia bisa mengumpulkan uang hingga Rp90.000 sehari. Ia juga sering menjadi kuli angkut mebel untuk menambah penghasilan.

Akibat penghasilan Dedi, suami Sari yang tidak mencukupi, anak mereka yang lahir prematur tidak bisa mendapatkan susu formula yang layak. Sari terpaksa memberikan teh dan krimer sebagai gantinya, hal yang tentu saja sangat berbahaya bagi kesehatan anaknya. Sang anak juga diketahui memiliki masalah pada matanya dan membutuhkan pemeriksaan rutin di Rumah Sakit Mata Cicendo.

Mengetahui hal ini, Dedi Mulyadi segera mengambil tindakan. Ia menginstruksikan stafnya untuk menyiapkan bantuan, namun tidak memberikannya langsung kepada Ibu Irah dan anaknya Sari, tetapi melalui perantara pak RW. Selain itu, KDM juga memutuskan untuk memberikan bantuan pembangunan rumah Ibu Irah. Ia mengalokasikan dana sebesar Rp50 juta untuk membangun rumah permanen yang dananya dititipkan ke pak RW. Hal ini karena Dedi Mulyadi tidak ingin uang bantuan tersebut disalahgunakan oleh menantunya Ibu Irah.

Dengan tegas, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa bantuan ini murni untuk Ibu Irah, seorang ibu yang hebat, rajin dan bertanggung jawab. Ia tidak ingin bantuannya salah sasaran kepada menantunya yang malas.

Selain bantuan pembangunan rumah, Gubernur Dedi Mulyadi juga memberikan sejumlah uang tunai untuk membeli kebutuhan pokok harian, seperti beras, minyak, gula, dan yang paling penting, susu untuk cucunya. Ia memastikan bahwa susu adalah kebutuhan utama yang harus terpenuhi.

Tidak hanya itu, KDM juga mengatur agar cucu Ibu Irah dibawa ke Rumah Sakit Mata Cicendo untuk diperiksa secara intensif. Dengan bantuan ini, Dedi Mulyadi memberikan secercah harapan bagi keluarga kecil tersebut untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.

__

  • MENANTU TIDAK MAU BEKERJA: Menantu Ibu Irah, Dedi, malas bekerja dan lebih memilih mengamen.
  • SUSU ANAK DIGANTI TEH: Karena tidak punya uang, Ibu Irah terpaksa memberikan teh dan krimer untuk cucunya yang lahir prematur.
  • RUMAH MAU AMBRUK: Keluarga tersebut tinggal di gubuk bambu yang sudah rapuh dan nyaris roboh.
  • INI SIKAP KDM: Gubernur Dedi Mulyadi menjanjikan pembangunan rumah layak huni dengan anggaran Rp50 juta dan memberikan uang tunai untuk kebutuhan harian, serta mengatur pemeriksaan mata untuk sang anak.