KADES HOHO TAWARKAN MESIN SAMPAH UBAH PLASTIK JADI MINYAK | KDM KIRIM TIM UNTUK BERLATIH

Dalam sebuah perbincangan yang hangat, Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi (KDM) bertemu dengan Kepala Desa (Kades) Hoho Alkaf dari Purwasaba untuk membahas berbagai isu desa, terutama terkait inovasi. Pertemuan ini tidak hanya menyoroti keberhasilan program di tingkat desa, tetapi juga membuka peluang baru dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Kang Dedi Mulyadi, yang dikenal dengan pendekatannya yang merakyat, sangat antusias mendengarkan paparan Kades Hoho mengenai berbagai terobosan yang telah dilakukan, termasuk cara desa tersebut mengelola sampah secara mandiri dan inovatif.

Fokus utama dari perbincangan ini adalah tawaran Kades Hoho mengenai sebuah mesin revolusioner. Mesin ini memiliki kemampuan untuk mengonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Kades Hoho menjelaskan bahwa mesin tersebut mampu mengolah satu ton sampah plastik per hari, yang menghasilkan 1.000 liter minyak bakar dengan kualitas yang diklaim setara dengan Pertamina Dex atau Pertamax Turbo. Biaya untuk mesin versi kecilnya pun terbilang terjangkau, yaitu kurang dari Rp200 juta. Inovasi ini dianggap sebagai solusi ganda, karena tidak hanya mengatasi masalah sampah plastik yang menumpuk, tetapi juga menciptakan sumber energi alternatif yang bernilai ekonomis.

Menanggapi ide tersebut, Kang Dedi Mulyadi menyambut baik inovasi ini. Ia bahkan berencana untuk membeli mesin tersebut dan menempatkannya di salah satu desa sebagai proyek percontohan. Menurutnya, inovasi semacam ini harus didukung dan disebarluaskan. Ia juga menyarankan agar hadiah dari lomba desa, yang bisa mencapai Rp200 juta, digunakan untuk membeli alat serupa sehingga setiap desa bisa mandiri dalam mengelola sampahnya. Dengan demikian, permasalahan sampah dapat diselesaikan di tingkat akar rumput, tanpa harus bergantung pada pihak lain.

Lebih dari sekadar inovasi teknologi, perbincangan ini juga membahas pentingnya kolaborasi dan pembelajaran antar-desa. Dedi Mulyadi menekankan bahwa desa-desa yang ingin belajar pengelolaan Bumdes atau program inovatif lainnya sebaiknya mengirimkan tim untuk magang langsung di desa yang sudah berhasil, seperti yang dicontohkan oleh Kades Hoho. Pendekatan ini dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan hanya melakukan studi banding yang seringkali tidak memberikan hasil nyata. Hal ini menunjukkan komitmen Dedi Mulyadi dalam mendorong kemandirian dan kemajuan desa melalui program-program yang praktis dan terukur.

  • Tawaran Inovasi Sampah: Kades Hoho menawarkan mesin yang bisa mengubah sampah plastik menjadi minyak bakar.
  • Kapasitas Mesin: Mesin tersebut dapat mengolah 1 ton sampah plastik per hari menjadi 1.000 liter minyak bakar.
  • Kualitas Minyak: Minyak yang dihasilkan setara dengan Pertamina Dex atau Pertamax Turbo.
  • Biaya Mesin: Harga mesin versi kecilnya tidak mencapai Rp200 juta.
  • Respon Gubernur: Dedi Mulyadi tertarik untuk membeli mesin tersebut dan menjadikannya proyek percontohan di sebuah desa.
  • Pemanfaatan Anggaran: Dedi Mulyadi menyarankan agar hadiah dari lomba desa digunakan untuk membeli alat pengelola sampah.
  • Kolaborasi Antar-Desa: Untuk pembelajaran, disarankan agar desa-desa melakukan magang di tempat yang berhasil, bukan hanya studi banding.