INI YANG DISAMPAIKAN KDM DI HARI JADI KABUPATEN CIAMIS
Gubernur KDM dalam pidatonya menekankan pentingnya kembali ke akar budaya Sunda (kasundaan) dan nilai spiritual dalam membangun masyarakat yang beradab, mandiri, serta beretika. Disampaikan kritik terhadap pemimpin yang tidak berpihak pada rakyat dan kerusakan lingkungan akibat pembangunan tanpa arah.
Ditekankan bahwa pembangunan harus berkelanjutan, berbasis kearifan lokal, dan berpihak pada rakyat kecil, dengan penguatan etos kerja, pendidikan, serta pelestarian alam dan budaya sebagai fondasi utama.
1. Pengantar & Bahasa
– Pidato diawali dengan doa dalam bahasa Sunda, menegaskan penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa sastra, spiritual, dan ungkapan hati yang sarat perasaan (rasa)
2. Filosofi Budaya & Sejarah Tatar Galuh
– Tatar Galuh dianggap pusat peradaban Tanah Sunda, menghasilkan pakuan seperti Pajajaran.
– Pentingnya memahami asal-usul: mulai dari turunan (uyut, adek, aki, nini, jeung saterusna).
– Kebudayaan harus diwujudkan dalam sistem nilai dan produk budaya (bahasa, arsitektur, seni, pangan, busana).
3. Karakter Pemimpin: Satria vs Wesya vs Sudra
* Satria: pemimpin ideal yang berpikiran pada negara, bukan golongan atau kepentingan diri.
– Wesya: pikirannya hanya pada partai/golongan.
– Sudra: pikirannya terbatas pada kebutuhan diri sendiri (kenyang, istirahat).
– Saat ini banyak pemimpin masih bertingkah “sudra” dan belum layak memegang jabatan.
4. Hubungan Agama, Lingkungan & Pembangunan
– Agama Islam sejatinya mengandung nilai menjaga alam: gunung, sungai, hutan—bukan merusak.
– Pembangunan ekonomi harus beriringan dengan pelestarian lingkungan.
– Contoh negara makmur seperti Selandia Baru sukses karena menjaga alam, tidak menambang secara besar‑besaran.
– Perlu alokasi dana provinsi untuk konservasi. Dana desa dan kabupaten juga tidak boleh disalahgunakan.
5. Kebijakan Fiskal & Dana Publik
– Dana desa dan kabupaten harus diawasi untuk tepat guna.
– Penekanan pada pembayaran BPJS oleh pemerintah. Jangan ada warga yang tidak terlayani karena ketimpangan dana.
6. Pendidikan & Etos Kerja Masyarakat
– Budaya pendidikan berbasis etos kerja, kreatifitas, dan sopan santun perlu dikembalikan.
– Kritik terhadap orang tua yang terlalu memanjakan anak, sehingga anak kehilangan penghormatan terhadap guru dan norma.
– Perlunya ketegasan dalam mendidik generasi muda agar memiliki karakter dan etos kerja yang kuat.
7. Infrastruktur & Kawasan Konservasi
– Pengembangan infrastruktur (jalan, bendungan, jaringan listrik) harus terintegrasi dan berkelanjutan.
– Penekanan pentingnya kawasan konservasi sebagai dasar pembangunan jangka panjang.
– Gunung, hutan, sungai harus dijaga sebagai simbol dan sumber kehidupan.
– Pariwisata daerah akan tumbuh jika tata ruang dan masyarakat dibina secara baik.
8.Sosial & Keadilan Pelayanan Publik
– Aspirasi untuk membangun sistem pemerintahan yang berpihak pada rakyat. Tidak pilih golongan atau partai.
– Kesetaraan akses: pendidikan untuk anak miskin, kesehatan (BPJS), pangan dan sandang harus menjadi prioritas negara.
9. Nilai Spiritual, Budaya & Kearifan Lokal
– Pentingnya menghidupkan kembali kearifan lokal: bahasa Sunda, makanan khas (kerupuk Cikeng, tahu Galeng).
Masyarakat diimbau kembali menghargai budaya leluhur agar menjadi kekuatan peradaban.