SISWA BINGUNG SAAT DITANYA 1000 x 5 | KDM MINTA HUKUMAN SISWA DIGANTI YANG PRODUKTIF

Kunjungan Kang Dedi Mulyadi ke salah satu sekolah mengungkap sejumlah masalah mendasar, mulai dari kondisi infrastruktur yang memprihatinkan hingga kelemahan siswa dalam penguasaan matematika dasar.

Ditemukan bahwa kondisi fisik sekolah berada dalam keadaan kotor, dengan meja dan kursi yang rusak, serta beberapa kelas tidak teraliri listrik. Kang Dedi Mulyadi secara tegas menyoroti cat dinding ruang kelas yang berwarna gelap, padahal seharusnya menggunakan warna cerah untuk mendukung suasana belajar yang kondusif.

Ia menilai kondisi ini sebagai bentuk pembiaran yang harus segera diperbaiki dan bahkan menawarkan diri untuk membantu pemasangan listrik di kelas-kelas yang gelap. Selain itu, ia juga menyoroti rendahnya gaji petugas keamanan sekolah yang hanya menerima Rp500.000 per bulan dari dana BOS.

Siswa Kelas 8 menunjukkan kelemahan signifikan dalam operasi hitung matematika dasar. Saat ditanyai perhitungan sederhana (seperti 1000 x 5 atau 1500 x 5), siswa kesulitan menjawab. Dedi Mulyadi menekankan bahwa kelemahan ini mencerminkan rendahnya kemampuan literasi, numerasi, dan berhitung dasar, yang sering terabaikan karena terlalu fokus pada kurikulum yang tinggi.

Masalah pembentukan karakter juga disorot, terutama kasus siswa yang kedapatan merokok dan kecenderungan membentuk “geng” di kelas yang berpotensi mengganggu ketertiban. Kang Dedi Mulyadi menginstruksikan agar kelompok-kelompok siswa ini dipisah untuk mencegah mereka mendominasi suasana kelas.

Sebagai solusi, KDM melarang keras penggunaan kekerasan fisik (seperti tamparan) sebagai bentuk hukuman. Ia meminta hukuman diganti dengan tindakan yang bersifat mendidik dan produktif, yang sekaligus memberikan manfaat nyata bagi lingkungan sekolah. Hukuman yang dianjurkan meliputi:
* Membersihkan toilet, menyapu, dan mengepel lantai.
* Membabat rumput dan membersihkan lingkungan sekolah.
* Mengecat ruang kelas dan sekolah.
* Meminta partisipasi orang tua dalam membuat meja dan kursi yang nyaman bagi anak mereka sebagai bentuk sanksi.

KDM juga menggarisbawahi pentingnya detail dalam pendidikan, seperti mengajarkan siswa cara memasang dasi, menata ruang kelas untuk kenyamanan belajar, dan melibatkan siswa dalam upaya partisipatif untuk membuat meja dan kursi mereka sendiri.