TEKAD KEMBALIKAN FUNGSI HUTAN DI JABAR SELATAN | ANAK BENGKEL DAPAT HADIAH DOMBA
Gubernur Kang Dedi Mulyadi menyampaikan semangat perbaikan infrastruktur Jawa Barat, khususnya pada ruas Simpang Genteng–Talegong di Kabupaten Garut yang sedang dikerjakan sepanjang 3,3 km dengan nilai Rp3,309 miliar. Infrastruktur dianggap sebagai urat nadi kesejahteraan masyarakat, baik untuk mobilitas maupun distribusi barang.
Di sisi lain, Kang Dedi menyoroti pentingnya harmoni antara manusia dan alam. Ia menegaskan bahwa penebangan hutan sembarangan menjadi penyebab utama bencana di Jawa Barat seperti banjir dan longsor. Ia langsung menghentikan penebangan di Pawahan dan mengusulkan Pemprov membeli pohon yang hendak ditebang agar tetap lestari.
Program reboisasi dan pengembalian lahan perkebunan teh, termasuk pengakuisisian lahan PTPN untuk ditanami teh dan kopi, menjadi prioritas. Pemerintah juga akan membayar buruh tani selama masa tanam hingga panen, agar masyarakat tetap sejahtera sembari menjaga lingkungan.
Kang Dedi juga menyoroti peran dunia pendidikan. Ia mengusulkan agar orang tua membuat pernyataan tidak akan mempidanakan guru yang bertindak demi pendidikan siswa secara ikhlas. Di bidang sosial, ia menentang keras budaya yang merendahkan perempuan, khususnya di Cianjur Selatan.
Pidato ditutup dengan gagasan pembangunan berkelanjutan menggunakan bambu sebagai bahan bangunan utama di masa depan, dan penegasan bahwa perubahan tidak cukup dengan bantuan sosial semata, melainkan dengan reorientasi tata ruang dan keberpihakan pada lingkungan serta pendidikan karakter.
1. Infrastruktur Jalan
– Fokus pembenahan jalan di seluruh Jawa Barat, target rapi bulan Juli–Agustus.
– Contoh: Jalan Simpang Genteng – Simpang Talegong (Garut) sepanjang 3,3 km, menggunakan hotmix, anggaran Rp3,309 miliar, menyerap ±30 tenaga kerja.
2. Pendidikan
– Ajakan pada orang tua untuk membuat surat pernyataan tidak menggugat guru demi tindakan pendidikan yang ikhlas dan mendidik.
– Pengecualian jika guru bertindak atas dasar kebencian atau tanpa unsur mendidik.
3. Lingkungan dan Reboisasi
– Penebangan pohon di Pawahan dihentikan karena mengakibatkan banjir.
– Usulan: Pemprov beli pohon yang hendak ditebang untuk tetap dilestarikan.
– Program reboisasi dengan teh dan kopi, PTPN dilibatkan, tenaga kerja dibayar hingga panen.
– Setiap pohon teh diselingi dengan pohon kopi.
4. Kemitraan dan Investasi
– Ajakan terbuka ke pengusaha besar seperti Tomy Winata untuk investasi di sektor kehutanan dan perkebunan.
– Investasi di lingkungan dianggap sebagai bentuk derma (kebaikan tanpa pamrih), bukan sekadar bisnis.
5. Gaya Kepemimpinan dan Etika Publik
– Pejabat dilarang menerima suap atau “main belakang” dengan konglomerat.
– Kepemimpinan yang transparan, tidak curang, dan berpihak pada rakyat.
6. Martabat Perempuan
– Menolak budaya patriarki dan objektifikasi perempuan Cianjur Selatan.
– Dorongan agar perempuan dibekali pendidikan dan keterampilan, bukan dijadikan objek seksisme atau TKW paksa.
7. Kebijakan Tata Ruang dan Penanggulangan Bencana
– Bencana (banjir, longsor) tidak bisa diselesaikan hanya dengan bantuan sosial.
– Solusi utama: perbaikan tata ruang, reboisasi, larangan tambang dan tebang liar.
– Kritikan terhadap pendekatan reaktif terhadap bencana (beras, mie instan, dst.).
8. Kebijakan Arsitektur dan Konstruksi
– Inisiasi bangunan bambu untuk gedung-gedung pemerintahan dan sekolah.
– Dikerjakan bersama tim ITB, target 10 tahun ke depan tanpa semen dan batu.
9. Nilai-Nilai Harmoni dan Spiritualitas
– Hidup selaras dengan alam, tanpa obat-obatan, meditasi, olahraga, dan ketenangan batin.
– Harmoni: antara manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama.
– Surga dunia bisa dicapai melalui ketentraman batin dan kehidupan yang selaras.
10. Pesan Sosial dan Moral
– Larangan keras bagi anak-anak menggunakan HP sebelum dewasa.
– Ajakan hidup sederhana, kerja keras, dan membangun karakter sejak dini.
– Tekanan pada pentingnya martabat, etika, dan identitas lokal.
11. Anak Bengkel Dapat Hadiah Domba
– Seorang anak muda bernama Fajar kerja jadi montir di bengkel.
– Rajin, jujur, dan tidak gengsi bekerja.
– Kang Dedi terkesan dengan sikap rendah hati dan etos kerjanya.
– Sebagai bentuk apresiasi, ia diberi sejumlah uang untuk membeli domba.
– Domba jadi simbol kemandirian dan awal usaha kecil.
– Pesan moral: kerja keras lebih berharga dari gelar.