INI DAMPAK KEBIJAKAN KDM TERHADAP PENGENDALIAN INFLASI DAN PERCEPATAN DIGITALISASI DI JABAR

Pemikiran tradisional sebagai fondasi pembangunan Jawa Barat, dengan pendekatan yang menekankan kesetaraan, produktivitas, dan spiritualitas. Gubernur KDM menyoroti pentingnya produksi mandiri, sistem ekonomi keluarga, serta pendidikan berbasis produktivitas.

1. Tantangan Utama di Pedesaan

– Biaya produksi pertanian tinggi (traktor, pupuk, tenaga kerja).
– Hilangnya mikroorganisme, belut, dan keanekaragaman hayati karena pestisida dan alat listrik.
– Anak-anak tidak lagi produktif (tidak ke sawah, hanya konsumtif).
– Pasar tradisional mahal karena diswastanisasi → pedagang terbebani bunga & DP.
– Konsumerisme tinggi walau pendapatan rendah.

2. Solusi Tradisional: Kemandirian & Siklus Ekonomi Keluarga

– Sistem pertanian keluarga: sawah, kolam, kebun, ternak → hasilnya digunakan untuk siklus hidup, bukan hanya untuk dijual.

– Konsep ‘saetik mahi loba nyesa’: cukup untuk hidup dan disisakan untuk masa depan.

– Anak dilibatkan dalam pekerjaan rumah tangga: menyuplai air, kayu, makanan → membentuk mentalitas produktif.

3. Solusi Struktural yang Dapat Diterapkan

a. Revitalisasi Pertanian Mandiri

– Latih petani membajak sendiri (dengan kerbau/sapi).

– Berikan 3 ekor sapi: dua untuk membajak, satu untuk berkembang biak.

– Gunakan pupuk organik (fermentasi kotoran dengan EM4).

– Tanam pohon produktif di pematang sawah & pinggir jalan (kelapa, pisang, bambu).

b. Pendidikan Berbasis Produksi

– Kurikulum terapan: biologi, kimia, fisika diterapkan ke kandang, pertanian, peternakan.

– Tugas rumah (PR) diubah menjadi proyek produktif:

– Menghitung ukuran kandang domba.

– Mengukur kandungan pupuk organik buatan sendiri.

– Anak-anak diberikan domba/ayam untuk dibesarkan → mengasah produktivitas sejak dini.

4. Digitalisasi sebagai Pendukung, Bukan Pengganti

a. Integrasi Teknologi untuk Mendukung Tradisi

– Digitalisasi pencatatan hasil panen, distribusi, dan pupuk.

– Aplikasi pertanian sederhana untuk petani: pencatatan siklus tanam, pupuk, dan cuaca.

– Pelatihan petani dan anak-anak sekolah untuk menggunakan teknologi pertanian.

b. Digitalisasi Pasar Tradisional

– Sistem reservasi kios online dengan harga transparan (non-DP).

– Digitalisasi manajemen pasar tapi tetap berbasis komunitas.

– E-commerce lokal untuk produk hasil pertanian keluarga.

5. Arah Kebijakan Pemerintah

– Hapus aktivitas konsumtif di sekolah: larangan studi tour, outing class, wisuda.

– Fokus pada substansi pendidikan, bukan seremonial.

– Pemerintah harus memberi contoh kehidupan sederhana dan produktif.

– Pembangunan infrastruktur untuk konektivitas desa-kota harus dipercepat.

– Pemerintah harus menyentuh langsung: camat, kepala desa, hingga petani.

6. Nilai-Nilai Budaya sebagai Pondasi

– Teundeun Poho: menanam, menyimpan, dan memberi tanpa berharap imbalan langsung.

– Konsep “celengan hidup” → tanaman & ternak adalah tabungan masa depan.

– Pendidikan dan pembangunan harus kembali pada rasa, spiritualitas, dan cinta tanah.