Internet Untuk Indonesia Digital

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang telah menggunakan internet melampaui angka 50 persen dari total penduduk, menjadikan Indonesia sebagai raksasa teknologi digital Asia yang sedang tertidur. Sebanyak 92,8 juta penduduk Indonesia mengakses internet melalui perangkat bergerak dan 17,7 juta orang mengakses internet dari rumah sedangkan 14,9 juta orang sisanya mengakses internet dari kantor. Perangkat yang digunakan untuk mengakses internet pun beragam, sebanyak 63,1 juta orang menggunakan smartphone, dan 67,2 juta orang menggunakan komputer dan smartphone sedangkan 2,2 juta orang menggunakan komputer untuk mengakses internet.

Bila kita lihat dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa mulai ada pergeseran cara yang digunakan oleh penduduk Indonesia pada khususnya dalam mengakses internet. Pengguna smartphone di Indonesia bertumbuh dengan pesat. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Namun kepemilikan smartphone bukan satu-satunya syarat yang harus dipenuhi supaya perkembangan teknologi digital berlangsung cepat. DBS Group Research dalam hasil risetnya, Sink or Swim-Business Impact of Digital Technology, menyimpulkan apabila penetrasi teknologi digital sangat dalam dan penggunaannya meluas, dampak teknologi digital akan semakin dirasakan, khususnya di dunia bisnis. Contohnya di India yang merupakan negara pengguna smartphone terbanyak nomor tiga di dunia tapi belanja online di negara itu tak melebihi 1 persen dari total penjualan retail pada 2013. Hal tersebut dikarenakan penetrasi internet yang belum dalam sehingga tidak semua penduduk India melek internet.

Kantor analis Zenith memperkirakan pengguna internet akan meningkat sedikit pada 2017 menjadi 75 persen dari total pengguna di dunia. Angka itu akan terus bertambah seiring meningkatnya akses internet dari ponsel pintar dan tablet yang kian populer. Angka pengguna internet itu berpengaruh langsung terhadap belanja iklan di perangkat bergerak yang diperkirakan pada tahun 2018 nanti mencapai 60 persen atau setara dengan US$134 miliar atau sekitar Rp1.745 triliun belanja iklan dunia akan berputar di perangkat bergerak. Jumlah ini diklaim melampaui belanja iklan di koran, majalah, bioskop, dan iklan luar ruangan.

Sayangnya peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh UKM. International Data Corporation (IDC) memperkirakan total pengeluaran terkait ICT dari sektor UKM hanya akan mencapai US$1.5 miliar pada akhir 2016. Jumlah itu hanya sedikit jika dibandingkan dengan perkiraan total pengeluaran di bidang yang sama secara umum, yakni US$29,5 miliar. Mengutip pernyataan Analis Senior IDC Indonesia Mevira Munindra yang mengatakan bahwa angka pengeluaran di sektor UKM itu masih didominasi pada aplikasi telekomunikasi dan peranti keras yang bersifat sederhana, mulai dari telepon seluler hingga komputer dan layanan yang alakadarnya. Para pengusaha di Indonesia, masih memprioritaskan efisiensi biaya. Berdasarkan survei, sebanyak 22 persen UKM mengutamakan aspek tersebut, diikuti 20 persen yang mengutamakan adaptasi ICT dan 15 persen yang mengutamakan alat manajemen yang lebih baik.

Adapun pemerintah sepertinya sudah mulai menyadari bahwa industri digital penting untuk bisa tumbuh dengan cepat. Pemerintah Indonesia di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, bekerja untuk menciptakan peta jalan e-commerce dan ekosistem industri teknologi digital yang terus berkembang dan berkesinambungan. Ini merupakan sinyal bagus dari pemerintah. Apabila terwujud, langkah ini bisa “membangunkan” Indonesia, sehingga benar-benar bisa menjadi “raksasa” teknologi digital Asia atau bahkan dunia.

Sumber : berbagai sumber