Meneguhkan Layanan Digital

Namanya orang ingin maju, tentu selalu menengok ke depan. Kalau hanya diam di hari ini, apalagi menengok dan terbuai oleh masa lalu, jangankan bisa maju, yang didapat hari ini malah bisa hilang.

Itulah sebabnya, kita perlu terus memikirkan apa sih fundamental yang diperlukan dalam memperkenalkan sekaligus memperluas layanan baru nan inovatif seperti e-samsat dari Dispenda ini?

Mengacu berbagai literatur terkait layanan nirtunai (cashless) di dunia, salah satu fundamental dalam layanan ini adalah adanya kepercayaan dan kenyamanan tinggi dari publik kepada layanan.

Hal ini dirasa penting, sebab bagaimana bisa layanan jadi meluas dan bahkan menjadi kebiasaan, manakala orang belum apa-apa sudah apriori bahkan ketakutan saat menggunakannya.

Hanya perasaan nyaman, kepercayaan demikian tinggi imbas kemudahan yang dirasakan, yang membuat berbagai layanan inovatif semacam e-samsat bisa meluas dan massif di sebuah negara.

Dan, salah satu prasyarat memunculkan kepercayaan ini adalah menghadirkan kepastian identitas pengguna transaksi elektronik, terutama dari sisi pemberi demikian juga pihak penerima dan pemberi.

Bagaimanapun, kepastian identitas dalam dunia digital merupakan suatu yang pelik namun sangat mendasar. Siapakah nama persisnya, dimana alamat lengkap, seperti apa historis keuangannya, adalah hal yang harus ada.

Karena itulah, sekali lagi, agar fundamental layanan semacam e-samsat terus berkembang, sehingga ke depan bisa terus diberikan, maka yang dibutuhkan adalah manajemen identitas digital dan pembayaran elektronik.

Manajemen ini dirancang agar dapat menyimpan dan menverifikasi identitas dan pembayaran yang digunakan dalam dunia digital. Salah satu output-nya adalah akses identitas dan pembayaran elektronik disimpan dalam satu
kartu pintar (smart card) yang dipegang individu bersangkutan.

Jadi, seperti digagas Prof Suhono dkk dari Teknik Informatika ITB, kartu pintar menyimpan data primer individu dalam sistem, seperti nama dan
alamat.

Data tersebut dapat digunakan oleh layanan yang berjalan diatas untuk membentuk data sekunder, seperti nomor keanggotaan dan aktifitas yang terkait keanggotaan tersebut.

Dengan rancangan ini, data dapat disimpan tanpa terjadi duplikasi, yang dapat menghemat biaya penyimpanan data. Sistem ini juga memudahkan adanya perubahan data terkait individu tertentu.

Perubahan data tersebut dapat dilakukan pada tingkat platform, yang kemudian akan menyinkronkan perubahan tersebut ke layanan-layanan yang digunakan individu tersebut meskipun layanan-layanan tersebut berasal dari organisasi yang berbeda.

Kunci digital yang ditanamkan pada smart card ini dibagi menjadi 4 bagian
utama: identitas, pembayaran, akses, dan tiket. Keempat kunci tersebut digunakan untuk mengakses 4 layanan yang berbeda.

Keempat kunci tersebut digunakan untuk mengakses data individu yang terkait pada layanan tersebut. Kunci identitas digunakan sebagai bukti otorisasi penggunaan data identitas, baik primer maupun sekunder, milik individu tersebut.

Kunci pembayaran merupakan kunci untuk membuka jalan bagi transaksi elektronik, baik langsung maupun tidak langsung.

Kunci akses merupakan sekumpulan data digital yang dapat digunakan untuk membuka akses elektronik menuju suatu ruangan tertentu atau penggunaan perangkat tertentu.

Kunci tiket elektronik merupakan data yang dapat digunakan sebagai tiket bagi layanan tertentu, seperti transportasi umum atau parkir.

Secara teknologi, kartu cerdas dibagi menjadi 2 bagian utama: platform dan access device. Platform adalah bagian yang mengatur basis data dan menyediakan koneksi dan API bagi layanan digital yang ingin menggunakan kartu ini.

Access Device merupakan bagian kartu yang digunakan individu pengguna layanan digital yang tergabung. Access device ini menyimpan data kunci yang digunakan sebagai bukti otorisasi atau otentifikasi penggunaan data yang terkait dirinya.

Platform dapat digunakan cukup mudah, serta dikembangkan dengan menggunakan SQL dan JAVA, sehingga dapat mudah diadopsi layanan manapun, baik berupa aplikasi desktop, mobile, maupun web-based.

Access Device memberikan pilihan perangkat berupa kartu atau perangkat bergerak, tergantung keinginan pengguna. Namun kedua perangkat menyimpan data kunci masing-masing layanan dengan aman.

Metode komunikasi data antara access device dan aplikasi layanan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengguna yang menggunakan kartu pintar dapat berkomunikasi dengan Near Field Communication (NFC) atau QR Code.

Sementara pengguna dengan perangkat bergerak dapat berkomunikasi melalui wireless fidelity (wifi), text message, atau QR Code.

Singkat kata, meneguhkan layanan digital, maka akan bicara fundamen layanan yakni meningkatkan kepercayaan agar jadi kebiasaan. Manajemen identitas digital yang makin baik adalah upaya meneguhkan kepercayaan tersebut. **